BERILAH DENGAN RELA. BANTULAH DENGAN TULUS HATI. TELADANI JANDA SARFAT DAN JANDA YERUSALEM
(RP. Frans Funan, SVD)
"Sesungguhnya janda miskin itu memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan itu. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda itu memberi dari kekurangannya semua yang ada padanya; yaitu seluruh nafkahnya." (Mrk 12:43-44).
Memberi, membantu bahkan saling menolong merupakan praktek yang lumrah dalam hidup bersama sebagai makhluk sosial. Entah beri dengan harapan akan dibalas, beri dengan suka rela, semua itu bergantung dari motivasi dasar seseorang dalam tindakan memberi atau membantu. Terkadang terjadi bahwa kualitas pemberian dilihat dari ukuran besar-kecilnya apa yang kita beri. Jika kuantitas yang menjadi tolok ukur pemberian maka motivasinya ialah sanjungan, pujian dan hormat yang mau dicari.
Janda dari Sarfat memberi kepada abdi Allah Elia dari kekurangan bahkan sisa rezeki untuk bertahan hudup dan setelahnya menanti lonceng kematian tiba karena musim lapar berkepanjangan. Elia si abdi Allah meyakinkan si janda Sarfat itu bahwa beri lebih dulu kepada dia sepotong kecil roti dari sedikit tepung tersisa itu, maka tepung sisa dalam tempayan itu takkan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak berkurang. Elia sungguh percaya bahwa Allah akan memenuhi kebutuhan hidup umat-Nya. Allah mampu memberi segalanya.
Janda Sarfat amat percaya pada si abdi Allah bahwa Allah adalah penyelenggara hidupnya. Imannya ini kemudian membuktikan bahwa janji Allah lewat Elia terpenuhi dan dia serta anaknya tidak mati kelaparan sebab tepung selalu ada dan minyak dalam buli-buli selalu tersedia. Apa yang terjadi pada janda Sarfat dilakukan pula oleh janda dari Yesusalem di hadapan Yesus.
Si janda miskin dari Yerusalem memasukkan dua uang tembaga yaitu uang receh kecil. Ia memberi dari kekurangannya, semua yang dimilikinya yaitu seluruh nafkahnya. Cinta kasih yang besar kedua janda ini kepada Tuhan dan sesama terbukti lewat perbuatan dan tindakan memberi dari kekurangan mereka. Kemiskinan, kekurangan ( gandum segenggam, minyak sedikit atau dua keping uang tembaga, milik kedua janda), tidak membatasi seseorang untuk berbagi dengan sesama dan Tuhan dalam semangat kerelaan dan ketulusan hati.
Berbagi, berbela rasa dengan sesama yang lebih membutuhkan pada hakikatnya tidak dilihat dari besar-kecilnya jumlah bantuan atau pemberian kita. Iman kepada Tuhan membutuhkan tindakan nyata kepada sesama dan karena itu iman tidak boleh dipisahkan dari kehidupan. Membantu, memberi dengan rela dan tulus kepada sesama merupakan uangkapan riil persembahan diri dan apa yang dimiliki kepada Tuhan.
Beriman tidak cukup hanya dengan bahasa verbal. Iman tanpa perbuatan pada dasarnya mati. Mencintai Allah tidak bisa hanya setengah hati saja. Allah mengasihi kita secara total. Ia serahkan Putra Tunggal-Nya sebagai tebusan dosa-dosa kita. Sebab itu dengan kesediaan total serahkan diri kepada Kristus maka dosa diampuni dan keselamatan pun kita terima.
Kristus sebagai Imam Agung oleh penderitaan dan persembahan diri-Nya telah menjadi jaminan penebusan kita. Karena itu setiap orang beriman harus mencintai Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesamanya lebih dari dirinya sendiri. Karena ingat diri dan sombong maka setiap orang berusaha untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri dalam segala hal sesudah itu baru ia melirik kebutuhan sesamanya yang berkekurangan. Itu pun belum tentu tersentuh untuk membantu dengan tulus ikhlas.
Apa pun, tindakan selalu menuntut pertanggungjawaban dan ingat Tuhan tidak akan pernah memandang muka dalam memberi ganjaran entah berkat atau hukuman. Mencintai Tuhan dan mengasihi sesama secara mendalam menggerakan hati untuk selalu memberi dengan semangat kasih walau dalam kondisi berkekurangan seperti contoh kedua janda miskin dalam Kitab Suci yaitu janda dari Sarfat dan janda dari Yerusalem.
Untuk bisa melakukan persis seperti kedua janda miskin itu dengan rendah kita mengaku bahwa kita tidak bisa. Jika mau transformasi iman diperlukan dan keyakinan bahwa Allah secara total menjamin kebutuhan hidup kita perlu diteguhkan. Kasih akan Allah dan sesama kuncinya ada pada ketulusan hati dalam tindak nyata.
Dengan bantuan Allah Tritunggal mari kita berjuang dengan sepenuh hati untuk bertindak mencintai Tuhan dan mengasihi sesama dalam semangat berbagi atau memberi dengan rela dan mau menolong atau membantu dengan tulus hati. Pahala kini dan kelak dari Tuhan ada dalam genggaman tanganmu yang selalu terbuka dan bergerak cepat untuk memberi pertolongan.
Selamat hari Minggu Biasa XXXII. Tuhan berkatimu semua. (Arso Kota, 101124).