Egois adalah pemusatan kepada diri sendiri atau meningkatkan sesuatu yang yang terlalu menguntungkan bagi diri sendiri. Singkatnya, sendiri berkembang dan membiarkan orang lain tidak berkembang. Cinta diri tidak dapat diasumsikan sama dengan egois. Memang tidak dapat dipungkiri beberapa orang seringkali mencintai dirinya sampai berujung pada keegoisan karena terlalu berlebihan.
Sesuatu yang berlebihan itu tidaklah baik misalnya kelebihan makan jatuhnya pada obesitas, kelebihan berutang jatuhnya pada penunggakan utang atau tak mampu bayar dsb. Jadi cinta diri yang berlebihan itu membawa dampak buruk yakni keegoisan. Orang yang egois terlihat dari sikapnya yang terus berambisi untuk maju sedangkan orang lain hanya dijadikan tempat untuk berpijak untuk kemenangan sendiri, kata Santo Paulus kepada jemaat di Galatia, "Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi juga kepentingan orang lain juga." (Gal 2:20).
Ayat ini mau menyadarkan kita tentang pentingnya menjaga solidaritas dengan membangun sebuah hubungan yang tidak hanya menguntungkan diri kita tetapi membawa harapan untuk membuat kita sama-sama menang dalam kebersamaan. Bukan hanya mengejar kemenangan diri sendiri tetapi dengan menanamkan sikap solidaritas dalam hubungan komunikasi dan interaksi sosial.
Egois, tanda kehancuran karena dengan egois orang perlahan-lahan meninggalkan kita dalam kesendirian karena merasa dimanfaatkan, tidak dihargai, tidak diapresiasi, dsb. Karena pada akhirnya keegoisan akan disadarkan oleh kehilangan.
Tuhan mengajak kita dalam Firman-Nya untuk tidak egois dan tidak mementingkan diri sendiri tapi agar kita menjadi orang yang mau berkorban bagi sesama. Kita selalu disadarkan Tuhan melalui Firman-Nya bahwa hidup yang kita jalani adalah hidup dalam kebersamaan dengan orang lain. Jadi hidup bukan untuk diri sendiri tapi agar kita berdaya guna dan saling memberi manfaat antar sesama manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai citra Allah yang unik.
Menyadari semua itu maka kasih, pengorbanan merupakan hal yang harus diperjuangkan dalam hidup bersama. Janganlah kita menjadi parasit satu akan lain, yang hanya membawa dampak baik untuk diri kita dan membuat kita semakin jauh dari Tuhan. Hidup harus saling berbagi dan jangan egois. Karena sebagai makhluk sosial, kita hidup saling membutuhkan.
Semoga renungan ini menyadarkan kita akan pentingnya berbagi, solidaritas, dan persaudaraan sebagaimana terungkap dalam ensiklik Paus Fransiskus, "Frateli Tutti." Marilah kita semua hidup dalam kasih persaudaraan dan solidaritas serta peduli satu sama lain. Tuhan memberkati kita semua. Amin
Oleh: Fridolino F.K.Meko