• Hari ini: December 22, 2024

KEBENCIAN, PERMUSUHAN DAN KONFLIK JADI RIVAL HUKUM KASIH DALAM DUNIA

22 December, 2024
72

KEBENCIAN, PERMUSUHAN DAN KONFLIK JADI RIVAL HUKUM KASIH DALAM DUNIA 

(RP Frans Funan, SVD)


"Orang yang tidak mengasihi sesama yang kelihatan, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak kelihatan." (1Yoh 4:20). 

    Pelaku dan korban kebencian, permusuhan dan konflik horizontal adalah manusia. Dalam situasi khaos,  manusia kehilangan rahmat hidupnya.  Hal terpenting dan terutama yang kita andalkan untuk tidak terjebak dalam suasana permusuhan, kebencian dan konflik adalah hukum kasih. Konflik dalam beragam hal lahir karena ego kepentingan entah pribadi atau kelompok. Terpisah atau terpecah dalam hidup bersama, pemicunya adalah kepentingan diri dan orang-orang lain yang terjalin dalam lingkaran kepentingan yang sama (politik, ekonomi, jabatan dan kekuasaan).

    Untuk melerai konflik yang menghadirkan kebencian dan permusuhan di antara manusia ialah kasih. Kasih memegang peran kunci dalam menjaga kedamaian, ketenangan dan kesatuan di antara kita. Dalam suasana kasih kita bisa saling mengasihi dan memuliakan Tuhan dalam hidup kita. Kasih selalu kita utamakan karena kepentingan kasih ialah kebaikan bersama (bonum commune) juga kebaikan individu (bonum individuum) dan bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri juga diri orang-orang yang terjaring di dalamnya.

    Dalam mengasihi fokus kita adalah pribadi dan martabatnya dan bukan hal-hal lain yang menempel pada diri pribadi itu seperti materi, status sosialnya, kuasa dan jabatannya, serta latar belakang lainnya. Yesus menjadi model utama bagi kita dalam hal mengasihi. Ia mengumpulkan semua anak manusia siapa pun dia dan mengasihi kita semua. Kita tidak bisa mengasihi tuntas seperti Yesus karena kita tidak mengandalkan Tuhan melalui doa dan berbelas kasih.

    Allah adalah kasih. Barang siapa tidak berbelas kasih atau mengasih sesamanya sesungguhnya dia tidak mengenal Allah. Berkata mengasihi Allah mesti tampak nyata dalam kasih tulus kepada sesama. Jika tidak, terjadi manipulasi diri dalam mengasihi Allah. Berdoa dan berkorban, membantu kita untuk berbelas kasih dengan suka rela dan bisa mengasihi sesama dengan ikhlas.

    Ketika kasih kepada Allah dan sesama terwujud nyata dalam komunitas kebersamaan kita maka suasana Kerajaan Allah dalam dunia di mana kita ada dan bersama-sama dapat kita alami. Gambaran suasana tidak jauh dari Kerajaan Allah ialah pada saat tidak ada lagi pemisahan di antara kita dengan sesama kita, di mana orang-orang susah, miskin, tersisih, terpinggirkan masuk dalam prioritas utama untuk mendapat payanan, kebaikan, dibantu untuk menjadi bagian penuh dalam kebersamaan kita.

    Semua ini kita lakukan dengan  kekuatan penuh (hati, jiwa, akal budi) atau totalitas dalam mengasih Allah dalam sesama atau sesama dalam Allah, maka pahala yang dijanjikan Allah dalam Kitab Suci seperti: tinggal di tanah terjanji, umur panjang, semua kebaikan dan kebahagiaan badan-jiwa, tidak hanya terpenuhi bagi bangsa Israel yang taat tetapi juga bagi kita kini, di sini dan sekarang.

    Maka kini kita berkomitmen untuk melakukan yang baik dan membuang yang jahat. Yesus bersatu dengan kita untuk menolong kita. Hukum kasih dalam gaya hidup Israel menjadi doa yang didoakan 3x sehari: pagi, siang dan sore. Contoh bagus bangsa Israel ini,  mungkin baik jika kita pun membiasakan diri mendoakan hukum kasih itu dalam hidup kita. Kasih mudah terucap di bibir namun sukar dalam praktek hidup yang nyata maka kebencian, permusuhan dan konflik menjadi bagian tak terpisahkan lagi dari diri dan hidup kita. Semoga Tuhan menolong kita. 

Selamat Hari Minggu Biasa XXXI. Tuhan memberkatimu semua. (Arso Kota, 031124).

Tag