PENGORBANAN TUNTAS DITUNTUT SUAMI-ISTRI UNTUK GAPAI BAHAGIA BERSAMA DALAM KELUARGA
(RP Frans Funan, SVD)
"Hendaklah kalian saling merendahkan diri dalam takwa kepada Kristus." (Ef 5:21).
Yang menjadi dasar hidup suami-istri adalah Kristus sendiri. Sebagaimana Kristus menjadi Kepala Gereja dan tak terpisahkan dengan anggota Gereja, demikian juga kepala suami-istri adalah Kristus dan suami-istri adalah anggota tubuh-Nya. Kristus mengasihi kita sampai tuntas. Suami-istri yang adalah anggota Tubuh Kristus harus saling mengasihi sampai tuntas tanpa sisa. Karena itu kualitas iman dan kasih akan terukur dalam mutu kasih tulus tak tergoyangkan antara suam-istri dalam keluarga.
Relasi kasih personal suami-istri dengan Tuhan dalam doa amat diperlukan untuk mengetahui rahasia cinta Tuhan yang besar dalam keluarga dan dengan doa pula rahasia-rahasia Kerajaan Allah pun bisa dipahami. Tanpa doa pencerahan rohani secerdas apa pun tak akan sanggup membuka misteri kasih dan Kerajaan Allah dalam hidup. Relasi kasih yang bermartabat akan menghadirkan sukacita yang luar biasa dalam hidup teristimewa hidup perkawinan suami-istri.
Suasana sukacita yang tak ternilai seperti itu menggambarkan sukacita Kerajaan Allah. Dan untuk bisa mengalami sukacita kerajaan kasih pengorbanan tuntas dituntut dalam saling mengasihi hingga kebadian. Pengorbanan tuntas tentu tidak gampang untuk diwujudkan tuntas dalam hidup. Namun perjuangan penuh pengorbanan diri untuk memperolehnya sudah tentu bukanlah hal mustahil bagi suami-istri yang mendambakannya.
Kristus sebagai kepala suami-istri, telah memberi teladan kasih suci dalam penyerahan diri secara total untuk menebus dan menyelamatkan kita. Cara yang sama diupayakan suami-istri untuk dihayati dan diamalkan dalam hidup berkeluarga dengan berpedoman pada Kitab Suci yaitu: berdua sepakat untuk "saling tunduk, saling menghormati, saling mengasihi" tanpa syarat, seperti Kristus mengasihi kita sampai sehabis-habisnya tanpa menuntut apa pun dari kita kecuali tetap setia beriman, berpegang teguh pada kebenaran serta berkomitmen untuk membangun hidup dalam iman, harap dan kasih.
Dalam Kitab Kejadian 1:1 "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Langit dan bumi adalah rumah besar semua umat manusia dan semua ciptaan Tuhan yang lain. Allah yang menciptakan keluarga sebagai rumah kecil dari rumah besar langit dan bumi. Keluarga itu Allah bentuk dengan mempersatukan suami-istri. Karena Allah yang bentuk sendiri maka Allah menuntun suami-istri yang beriman/takwa untuk mengelola keluarga sesuai kehendak kudus-Nya menurut ajaran Kitab Suci, adat istiadat dan tradisi.
Keluarga yang saling setia menggugah Allah untuk selalu menghadirkan kebaikan dan kesejahteraan jiwa-badan untuk semua anggota dalam rumah. Kerajaan Allah itu rumah besar orang beriman. Kerajaan Allah seperti ini Yesus umpamakan dengan biji sesawi dan ragi. Biji sesawi walau kecil namun bertumbuh jadi besar dan tinggi serta menjadi tempat nyaman bagi burung yang bertengker dan bersarang pada carang-carangnya. Keluarga sebagai biji sesawai dalam rumah besar langit dan bumi diharapkan bertumbuh besar dan tinggi dalam iman, harap dan kasih sehingga rumah keluarga menjadi tempat penuh damai dan sukacita bagi semua anggotanya. Sebagai ragi, walau sedikit bisa membuat tepung yang banyak menjadi beragi dan hasilnya roti jadi enak. Keluarga sebagai biji sesawi dan ragi dalam naungan kasih Kristus tetap bertumbuh dalam kasih setia dan tetap membawa pengaruh yang baik entah dalam rumah maupun dalam lingkungan yang lebih luas.
Terus bertumbuh dalam kesaksian hidup yang baik dan bawalah ragi kasih dalam cara hidup suami-istri dan keluarga yang buat senang-bahagia orang lain. Keluarga menjadi bagian integral dari Kerajaan Allah sebagai rumah besar dan tempat semua orang beriman tinggal bersama Allah dan Yesus Kristus.
Selamat beraktivitas dalam spirit kasih Tuhan hari ini. Tuhan berkatimu semua. (Arso Kota, Selasa, 291024).