• Hari ini: December 22, 2024

AKU, MEREKA DAN KENANGAN

22 December, 2024
92

Hari itu, hari Minggu, 14 Agustus 2022. Kami Laskar Pejuang (LP) II (sebutan untuk Angkatan ke-XVI mahasiswa Sekolah Tinggi Pastoral Santo Petrus Keuskupan Atambua), baru saja melaksanakan Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD) di Tanjung Bastian. Tepat pukul 16:00, kami tiba di kompleks kampus STP. Bertepatan dengan masuknya mahasiswa baru, karena tiga hari ke depan akan diadakan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) bagi mereka.

        Sore itu banyak sekali mahasiswa baru yang masuk ke asrama, khususnya Asrama Putri unit B (asrama yang dijagaku dan Inocent, sahabatku). Ada 40 mahasiswa baru yang masuk di asrama tersebut. Semua berasal dari berbagai daerah. Ada yang dari Malaka, Atambua, TTU, Soe, bahkan ada yang berasal dari luar pulau Timor. Mereka datang dengan berbagai macam sifat dan sikap yang berbeda. Ada yang malu-malu, ada yang blak-blakan, dan ada yang alim. Semuanya bertemu dan tinggal bersama dalam satu atap, yaitu Asrama Puteri Unit B. Seiring berjalannya waktu, semuanya menjadi teman, sahabat bahkan keluarga. Berbagai kebersamaan, pengalaman suka dan duka dirangkai bersama. Hari-hari menjadi indah dan damai. Kebersamaan dan kebaikan yang kami rangkai membuahkan apresiasi dari bapak asrama kami, sekaligus Rektor dari kampus kami, Romo Theo (biasa disapa). Asrama kami menjadi asrama terbersih dan terindah, dan terajin dalam mengikuti kegiatan apapun.

Sebelas bulan berlalu. Tanggal 2 Juli 2023 adalah hari yang tidak aku inginkan di dalam hidup. Hari itu akan menjadi bayang-bayang kesedihan bagi aku, Inocent dan anak-anak asrama. Karena hari itu, kami semua mahasiswa STP akan mendengar pengumuman informasi liburan Semester Genap. Hari itu juga adalah hari terakhir kebersamaan kami di asrama dan kampus. Anak-anak akan pulang ke rumah mereka masing-masing untuk menikmati liburan mereka. Sedangkan aku dan Inocent akan melaksanakan Magang III, dan akan berada jauh dari anak-anak asrama. Bulan Januari 2024 nanti kami akan kembali, tetapi semuanya tidak akan seindah yang kemarin. Momen dan waktunya telah berbeda.

Surat Keputusan Magang III telah dikeluarkan setelah mendengar informasi liburan semester genap. Aku mendapatkan lokasi magang di SMA Negeri 1 Atambua, dan Inocent mendapatkan lokasi magang di SMK St. Wilibrodus Betun. Akhirnya kami terpisah di tiga kabupaten. Anak-anak akan tetap berada di Kabupaten Timor Tengah Utara, Inocent berada di Kabupaten Malaka dan aku sendiri berada di Kabupaten Belu. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Dan itu adalah konsekuensinya. Air mata akan mengalir mengingat segala hal yang telah di rangkai. Tetapi kenangan itu akan tetap ada, abadi dan akan menjadi momen yang sangat berharga. Selamat berpisah orang-orang baik. Pesan aku kepada anak-anak asrama dan Inocent hari itu sebelum berpisah:

“Untuk anak-anak: Tetaplah menjadi pribadi-pribadi yang baik, seperti kita masih bersama. Tetap berjuang meraih cita-cita dan tetap saling sayang, saling menjaga satu sama lain, dan tegurlah jika ada yang melakukan kesalahan, baik melanggar aturan atau membuat masalah. Tuhan tuntun perjalanan dan perjuangan kita masing-masing, di mana saja kita berada. Untuk Inocent: Semangat dalam menjalakan Magang III di tempat baru. Semoga cepat beradaptasi dengan sitasi di Malaka. Jaga kesehatan sampai kita bertemu kembali. Sampai jumpa di kesempatam berikutnya Inocent dan anak-anak manis. Goodbye.”

 Aku tersadar dari lamunanku, ketika guru pamongku, Ibu Reli memukul halus pundakku, karena sedari tadi dia memanggilku, namun aku tak kunjung menjawabnya.

“Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya ibu Reli kepadaku.

“Aku sedang mengingat kenanganku bersama anak-anak asrama dan sahabatku saat masih di asrama dulu. Aku merindukan mereka dan kenangan kami, Bu.” Jawabku.

“Bulan Desember sudah dekat Neth. Magangmu juga akan selesai. Tetap semangat agar semuanya dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Kalian akan bersama lagi nanti. Tetap sabar dan berdoa saja. Semoga mereka baik-baik saja di sana dan kamu juga baik di sini. ” ibu Reli memberiku semangat.

“Baik bu. Terima kasih, yah.” Jawabku.

Aku kembali tersenyum dan bertekad untuk membawa, mereka dan kenangan kami ke dalam doa. Semoga mereka baik-baik saja di sana.

Setelah memikirkan banyak hal, aku memutuskan untuk segera masuk kelas karena bel jam ke-3 telah berbunyi.

Tag