Mentari pagi menyelusup kamar berwarna hijau, dengan gorden kotak-kotak itu. Felly yang terkena pantulan sinar matahar itu,mengucak kedua kelopak matanya. Netra matanya langsung melihat benda pipih yang tergeletak di atas naskas itu. Ia segera meraih benda itu. Matanya melihat jam di gadgetnya itu. Waktu menunjuk pukul 06.40.
Iapun menjidak keningnya. Ia lupa bahwa hari ini, ia akan berangkat ke kota untuk melanjutkan kuliahnya. karena semalam sudah packing segala perlengkapan yang akan dibawa.
Felly beranjak meninggalkan kamar tidur, menuju ke kamar mandi. Selama lima menit ia mandi. Setelah itu, langsung makan dan bersiap untuk berangkat.
Pukul 07.00, mobil pun datang. Saat masuk ke dalam mobil itu, bening-bening kristal jatuh deras di kedua kelopak matanya. Saat Felly melihat Karni yang diantar oleh ibu dan kakaknya. Felly merasa cemburu karena dia bisa merasakan kasih sayang seorang ibu.
Felly termenung dalam mobil itu. Ia begitu merindukan sosok seorang ibu. Iya, ibunya Felly telah meninggal tujuh tahun yang lalu.
Felly hanya diantar oleh adiknya bernama Angel, yang berusia delapan belas tahun. Bagai dihantam ribuan batu, hati Felly begitu rapuh. Meski demikian, Felly berusaha untuk tetap tegar.
Pukul 10.00, Felly dan Karni bersama orang tuanya, tiba di salah satu kota persinggahan. Mereka berbelanja segala perlengkapan untuk kuliah. Setelah selesai mereka pun melanjutkan perjalanan mereka menuju kota tujuan.
Pukul 14.00, mereka semua pun tiba. Felly melihat kakaknya yang sedang kuliah di kampus berasrama itu, merasa begitu senang. Felly kembali kuat. Biarpun ibu sudah tidak ada lagi, tetapi masih ada kakak yang bisa menjadi menaruh sandaran dan harapan. Beberapa saat, mereka melihat-lihat halaman kampus dan asrama yang begitu indah, sejuk dan nyaman.
Pukul 16.00, orang tua Karni bersama adik kecil yang berpura-pura tegar itu, beranjak pulang. Saat itu juga air mata Felly tak terbendung, jatuh untuk kedua kalinya melihat mereka pulang.
Jujur, Felly tidak ada niat sedikitpun untuk kuliah. Semuanya karena paksaan dan desakan dari orang tuanya. Yah, tapi tak mengapa. Kata orang: kesempatan hanya datang satu kali. Jadi Felly pun harus menerima semua proses dan siap menjalankan proses yang ada ini.
Hari demi hari, waktu demi waktu telah Felly lalui hingga saat ini. Sekarang Felly pun masih bertahan dan berharap untuk dapat wisuda pada saatnya.
Salah satu hal yang membuat Felly bertahan dan tetap semangat ialah karena ia mengenal seorang kakak semester yang memiliki bakat di bidang musik. Felly sangat menyukai pria bertubuh kekar dan berkulit hitam manis. Felly melihat senyumannya sungguh manis.
Waktu terus berjalan, karena memiliki perasaan yang sama, Felly dan pria itu pun menjalin hubungan yang lebih dekat. End.
By: FD