CERITA KITA DI PERSIMPANGAN JALAN
(Marcella Ceunfin)
Lonceng berbunyi pertanda waktunya sudah tiba dan jam yang bergantung di atas sebuah papan dengan gambar Roh Kudus itu sudah menunjukkan 18.00 WITA. Aku menandakan diri dengan Tanda Salib lalu meraih sebuah lonceng kecil di sela-sela pot bunga yang berjejeran rapi di atas gedung tua bercat kuning itu. Misa pun berjalan dengan baik.
Ketika asap mengepung dan dua lilin mengapit Monstrans berisikan Sakramen Mahakudus itu aku seakan-akan merasakan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Dalam diam aku sendiri merasa ingin menangis, ingin berteriak sekuat-kuatnya, namun, mulutku terkatup rapat dan berat untuk meluapkannya selain berdiam diri di tempat. Aroma dari asap itu ku hirup sampai ke dalam jiwaku dan ku nikmati berapa sedapnya menusuk sukmaku.
Ketika semua orang meninggalkan tempat duduk masing-masing, aku hanya seorang diri di dalam gedung tua itu. Aku terus bertanya apa yang harus aku lakukan, aku merasa seperti ada sesuatu yang tidak beres di balik semuanya ini, kataku dalam hati.
Aku meraih sebuah Alkitab yang ada di sampingku lalu bermaksud untuk meninggalkan tempat itu. Ketika mengangkat kepala, ada dua orang laki-laki yang duduk berhadapan sedang asik bercerita sambil tertawa. Tanpa ku sadari aku menghampiri mereka, lalu memberi salam. Ketika bercanda gurau seorang laki-laki bertubuh kurus, dengan kulitnya berwarna putih itu bertanya kepadaku. " Apa yang engkau rasakan ketika Sakramen Mahakudus ditakhtakan? " Suatu pertanyaan yang tidak mampu aku jawab saat itu.
Aku menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya keluar, sambil menggeleng-gelengkan kepala pertanda tidak ada sesuatu yang terjadi. Laki-laki berkulit putih ini pun memulai pembicaraannya. Dalam perbincangan kami di malam itu, makin lama makin terasa ada sesuatu seakan-akan Tuhan pun hadir dalam diri pemuda ini, melalui setiap perkataan yang diucapkannya. Pengalaman demi pengalaman yang dialaminya akhirnya ia bagikan bagaimana kita mengimani Tuhan serta percaya kepada-Nya.
"Aku telah melihat kehidupan setelah ini, di mana semua ada sukacita yang tidak ada di dunia ini. Apalagi ketika hari raya besar seperti Natal dan Paskah ada sukacita besar seakan surga pun hadir di tengah kita. Bukan saja itu aku ketika berdoa berapa jam pun bisa, tidak pernah merasa lapar dan haus, juga semakin lama berdoa aku semakin merasa nyaman dan ingin tetap berada di tempat itu.
Ada beberapa orang kudus datang menghampiriku terkhususnya Santa Sisilia seorang musisi itu, datang memberikan sesuatu yang diletakkan di atas tanganku, namun aku sendiri bingung apa yang harus aku lakukan, khususnya yang berkaitan dengan musik. Jika aku sendiri tekun maka semua hal yang berkaitan dengan musik pasti aku tahu. Hanya saja aku sendiri memiliki sebuah usaha yang memang membutuhkan tenaga dan waktu yang aku sendiri tidak bisa meninggalkannya.
Juga dengan Beato Carlo Acutis, beato pelindung orang muda, para penulis, fotografer dan juga game. Semasa hidupnya yang ia lakukan adalah selain bergelut dalam hobbynya ia juga sering mengambil gambar terkhususnya gambar sakramen Mahakudus, sekalipun ia telah meninggal, di samping petinya digambarkan Monstrans dan juga sakramen. Setiap hari ia pergi menjumpai orang-orang dengan membawa coklat lalu memberikan coklat itu kepada orang-orang yang ia jumpai.
Pakaian yang dibelikan oleh orang tuanya seperti baju dan celana ia berikan kepada orang-orang di jalanan. Juga dalam pesannya kepadaku Beato Carlo Acutis ini pernah bermimpi menjadi seorang uskup, hanya saja Tuhan lebih membutuhkannya lalu mengambilnya kembali. Carlo Acutis memiliki banyak pekerjaan hanya satu pun tidak pernah ditinggalkan demi mengutamakan yang lain.
Maka Beato muda ini menyampaikan bahwa hargailah waktu yang ada, sesungguhnya kita hanya bergerak di bawah perintah waktu. Manfaatkanlah waktu yang ada selagi masih ada kesempatan. Aku mendengarkan cerita dan kesaksian itu dengan penuh perhatian. Lalu pria berumur 30 tahun itu pun melanjutkan ceritanya. Ia menyampaikan bahwa setan telah masuk ke dalam diri manusia lewat alat-alat canggih sekarang, seperti HP dan lain-lain. Alkitab tidak lagi dihiraukan manusia, semua hal yang dilakukan tidak lagi ada guna, di mana manusia lebih senang yang instan-instan.
Apa yang dicari ketika bangun tidur? Kalau bukan HP apalagi? Setiap kali tidur apakah kita ketiduran karena sudah lelah membacakan ayat-ayat kitab suci? Kenyataannya kita terlalu menyembah HP. Karena HP itulah, orang dapat mencuri, berbohong, memfitnah bahkan menjatuhkan derajat orang lain. Tuhan Yesus dengan susah payah berusaha membujuk anak-anak-Nya untuk mengikuti-Nya dalam nubuat nabi Yesaya, Ia mengatakan bahwa "Manusia memang berdosa tetapi hal ini Kutakakan kepadamu, aku tidak meminta yang lebih cukup sehari saja engkau dapat membacakan satu ayat Alkitab itu sudah lebih dari cukup".
Aku diam sejenak lalu mengingat-ingat apa yang aku lakukan selama ini. Timbul rasa bersalah dalam hati, serasa tidak pantas di hadapan Tuhan. Pria bertubuh kurus itu memandangku lalu berkata, belum terlambat, tidak hanya menyesal dan berdiam diri, tetapi jika lebih baik berubah sebelum semuanya terlambat. Tuhan telah mempertemukan aku dengan dia di persimpangan jalan yang membuatku jatuh cinta untuk membaharui hidupku dalam cerita dan kesaksiannya.
Manusia telah terjerumus dalam dosa, di mana setan-setan telah menguasainya dalam bentuk apa saja. Tuhan sangat mengharapkan agar anak-anak-Nya hidup baik dan selalu percaya kepada-Nya, namun hal itu sulit sekali dilakukan oleh manusia. Mari kita berefleksi sejauh mana kita sungguh-sungguh mengikuti Tuhan serta mengakuinya sebagai Tuhan dalam realita hidup ini.