Di pintu kostnya, Digo menulis seuntai kalimat, "KOLEKSIKU BELUM CUKUP." Digo jemput kekasih barunya untuk malam mingguan. Namanya Mirna. Mereka berdua malam mingguan di taman kota. Sementara asyik berduaan, seorang perempuan menghampiri mereka. Digo sudah melihatnya datang, tetapi ia menutupi kepanikannya dengan terus ngobrol dengan Mirna.
"Wihhhh, ada cewek baru, padahal tadi telpon bilangnya ada di kampung!" tegur Ayu pada Digo dengan nada sinis. Digo bangun dari duduknya, menggenggam tangan Mirna untuk pergi tapi Mirna menahannya.
"Tunggu dulu. Saya mau tanya. Ini perempuan siapa?" tanya Mirna. "Itu mantan saya yang sudah saya ceritakan ke kamu!" jawab Digo pada Mirna.
"Sejak kapan kamu putus dengan saya. Kita sudah enam tahun jalin hubungan dan sementara ini masih terjalin ko kamu bilang begitu?" sambar Ayu atas perkataan Digo barusan kepada Mirna.
"Terus kamu? Kamu kenal Digo sudah berapa lama? Dia ini kekasih saya dan sudah enam tahun jalin hubungan!" jelas Ayu pada Mirna.
"Dia bilang pada saya, kamu dua sudah putus sejak dua bulan lalu. Dan saya selama ini saya keluar masuk kostnya!" jawab Mirna. "Ooo berati kamu dua sudah terlanjur ya!" kata Ayu. "Terlanjur apaan sih??" tanya Mirna.
"Laki-laki model Digo, saya kenal baik dan kamu dua pasti sudah bertolak lebih jauh!" jelas Ayu. "Waduh kamu jangan aneh dong ngomong gitu!" Jawab Mirma dengan gugup, suara gemetaran dan rasa malu karena apa yang dibilang Ayu benar adanya bahwa ia dan Digo sudah melangkah lebih jauh layak suami istri.
Digo pun mulai merasa terpojok dan angkat bicara dengan tidak punya perasaan sedikit pada Ayu, "Kenapa kamu larang-larang saya untuk jalan dengan perempuan lain. Ini kebebasan saya. Mau dengan perempuan siapa saja itu urusan saya!" jawab Digo penuh emosi.
"O ya, mentang-mentang sudah jadi PNS, jadi sesuka hati buat begitu? Dasar laki-laki tidak tahu diri!" sambar Ayu dengan penuh emosi. Sambung Ayu, "Kau sudah lupa semuanya sebelum kau jadi PNS. Kau habiskan uang saya untuk urusan ini itu sampai jadi PNS!"
Digo tak peduli lagi dengan kata-kata Ayu. Ia bangkit menarik tangan Mirna dan pergi berlalu begitu saja di hadapan Ayu. Ayu menatap kepergian kekasihnya yang sudah enam tahun menjalin hubungan. Hati Ayu begitu tergores bagai disayat sembilu. Luka hati yang sangat dalam.
"Mungkinkah saya cuma menjaga orang punya jodoh?" kata Ayu dalam hatinya.
**********
Digo memang suka gonta-ganti pacar. Ayu adalah wanita ketujuh bagi Digo dan Mirna jadi wanita ke delapannya. Dari enam orang kekasihnya terdahulu, Digo sudah punya dua anak dari wanita yang berbeda. Bahkan ada yang sudah masuk pada tingkat urusan keluarga secara resmi. Namun Digo meninggalkan mereka begitu saja tanpa satu kesepakatan. Bahkan ada yang pernah datang mencarinya bersama buah hati hasil hubungan mereka.
**********
"Antar saya ke rumah saya. Saya mau tidur. Malas dengan semua persoalan ini!" kata Mirna memecahkan kesunyian dari tadi semenjak keluar dari taman kota. Mirna masih kalut dengan kata-kata Ayu yang macamnya sudah tahu apa yang terjadi dengannya bersama Digo.
"Kita ke kost saya saja untuk bicarakan semua ini dan kita selesaikan!" balas Digo atas semua kecemasan Mirna. Mirna bagaikan kerbau dicocok hidung, akhirnya menuruti saja kemauan Digo.
Sesampai di kostnya Digo, Digo memberi kunci pintu kost ke Mirna dan Digo menuju tempat parkiran. Ketika hendak membukakan pintu, Mirna membaca sebuah tulisan yang terpampang di jenang pintu, "KOLEKSIKU BELUM CUKUP." Mirna kaget dengan tulisan kalimat ini dan menoleh menatap Digo dan bertanya, "Apa maksud tulisan ini!" kata Mirna kepada Digo sambil menunjuk tulisan itu.
Tanpa malu-malu Digo menjawab, "Biasa, tulisan anak muda menghipnotis diri!" "Ha, ayo jujur, apa maksudnya!" desak Mirna. "Masuk dulu ke dalam baru kita bicarakan!" jawab Digo dengan santainya sambil mendorong Mirna masuk ke dalam.
Di dalam kost, Mirna mendapatkan sederetan foto perempuan yang ditempel Digo di tembok. Di foto ketujuh Mirna kaget. Perempuan itu barusan mereka bertemu di taman kota. Hati Mirna mulai duk-dak menatap foto-foto itu dan bergumam dalam hati hatinya, "Foto-foto ini semacam koleksi perempuan yang ditiduri Digo!"
"Kamu kenapa. Koq berdiam diri begitu. Ayo duduk!" ajak Digo pada Mirna. Mira menolak untuk duduk lalu menunjuk foto-foto itu sambil bilang pada Digo, "Apa-apaan foto-foto ini. Ini semua perempuan pacarmu? Kau koleksi begini? Aku korban berikutnya? Pertanyaan bertubi-tubi datang dari mulut Mirna kepada Digo. Digo belum sempat menjawab, tamparan datang dari Mirna mengenai pipi Digo.
"Kamu laki-laki brengsek. Terlalu jahat menyakiti perempuan!" Mirna emosi dan bergegas keluar dari kost. Digo pun tidak terima perlakuan Mirna padanya dan mulai emosi, "Memang saya koleksi perempuan. Kamu yang kedelapan. Jadi kamu mau apa? Silahkan pergi. Besok saya cari perempuan baru lagi!" Mirna pun pergi dengan begitu kecewa dan menyesal. Sudah jatuh dalam pelukan laki-laki jahat.
"SETIA ITU MEMANG MAHAL. LAKI-LAKI YANG SUDAH BIASA KOLEKSI PEREMPUAN, TANDANYA DIA BUKAN LAKI LAKI SETIA. CUMA JADIKAN WANITA SEBAGAI PELAMPIASAN DAN KOLEKSI PRIBADI. KIRANYA TIDAK ADA LAGI KORBAN BERIKUT SEPERTI SAYA DAN TUJUH ORANG LAINNYA," tulis Mirna dalam Diarynya. Thank you. Lovely (Wimer)