Kefamenanu, Sekolah Tinggi Pastoral Santo Petrus Keuskupan Atambua menyelenggarakan Seminar Ilmiah dengan menghadirkan tiga narasumber lintas iman di antaranya Pdt. Lay Apdi K. Wenyi, M.Si, dari Gereja Kristen Protestan, Drs. Mohammad Ali Kosah, selaku Ketua MUI, perwakilan umat Muslim dan Dr. Drs. Yanuarius Seran, M.Hum, dosen STP St. Petrus Keuskupan Atambua, mewakili Gereja Katolik, yang berlangsung di Aula Mgr. Sulama pada hari Rabu (27/09/2023).
Seminar Ilmiah ini bertemakan, "Dialog Kasih: Model Persaudaraan Antar Umat Lintas Iman."
Seminar ini dimulai dengan Doa Pembuka dan dilanjutkan dengan ucapan salam oleh Ketua STP, Dr. Theodorus Asa Siri, S.Ag. Beliau mengatakan, "Betapa bahagianya saya hari ini dikunjungi oleh sanak saudara beda agama sejak STP ini berdiri.
Dok.Pribadi
Saya merasa bahagia dikunjungi untuk pertama kalinya sekolah ini berdiri. Kita berbeda tetapi memiliki satu tujuan, kita dipanggil untuk berbuat baik demi kesejahteraan umum (Bonum Commune). Dengan kehadiran para narasumber ini kita mau menggali masalah perbedaan untuk mencapai toleransi antar umat beragama,"
Selanjutnya moderator, Yoakim Kapitan, S.Fil., mempersilahkan para narasumber untuk mengambil tempat yang telah disediakan, lalu memulai dengan pemaparan materi.
"Tema yang saya bawakan pada seminar ilmiah hari ini ialah Dialog Lintas Iman dan Moderasi Beragama Dalam Perspektif Agama Kristen. Dialog lintas iman ini untuk saling mendengarkan. Di dalamnya ada ketersediaan untuk membahas perbedaan iman secara terbuka. Moderasi beragama itu diterima secara baik kalau dilihat dari perspektif Kristen Protestan karena kasih yang melampaui batasan-batasan. Demikian ada dua aspek kunci dalam moderasi yang dimaksud yaitu aspek teologi dan aspek misiologi," ujar Pdt. Lay Apdi K. Wenyi, M. Si, selaku pemateri pertama.
Kemudian, pemateri kedua juga mengungkapkan bahwa, "Inti dari moderasi beragama Islam adalah persaudaraan. Alquran, Hadis Nabi dan cara hidup Nabi menunjukkan dan membenarkan adanya persaudaraan itu. Di TTU (Timur Tengah Utara) persaudaraan lintas iman berjalan dengan baik misalnya ketika Perayaan Idul Fitri, Agama Katolik dan Protestan ikut menjaga keamanan dan sebaliknya Perayaan Paskah atau Natal, Agama Islam menjaga keamanan dan
tugas-tugas lainnya," ungkap Drs. Mohammad Ali Kosah, selaku ketua MUI di Kabupaten TTU.
Hal senada pun diutarakan oleh, Dr. Drs. Yanuarius Seran , M.Hum. Beliau mengatakan bahwa, "Kita multikultural maka dibutuhkan dialog. Dalam dialog kita mencari persatuan yaitu kasih. Jika dilihat dari Dokumen Gereja Nostra Aetate, dalam dialog lintas iman juga dibutuhkan toleransi bukan saja kohesistensi tetapi proeksistensi yaitu saling menerima dan lebih dari itu saling mendukung satu sama lain."
Lebih lanjut, dosen pengampuh matakuliah Dialog Intra-Inter Religius ini mengatakan, "Saya mengundang pemateri lintas agama baik dari Kristen Protestan dan Islam karena menurut saya, saya mengajarkan dialog intra-inter religius di STP. St. Petrus K-A tidak cukup kalau saya ajarkan sendiri. Kita membutuhkan masukan-masukan dari saudara-saudara kita dari agama lain untuk memberikan pendidikan dan ajaran dialog dan bekerja sama antar agama lain."
Selama seminar berlangsung, ada pun selingan puisi dari Jemaat Kristen bernama Devri Ensae dan penari dari mahasiswi STIPAS. Selanjutnya diikuti sesi tanya jawab.
Usai Seminari Ilmiah ini, Kaprodi STP, Philipus Benitius Metom, S.Ag., M.Hum mengatakan, "Saya berterima kasih kepada para pemateri karena sudah meluangkan waktu untuk menghadiri Seminar Ilmiah pada hari ini. Harapan saya, semoga ke depannya pengusaha dari agama Islam berkunjung ke STIPAS untuk membagikan pengalaman berwirausaha kepada mahasiswa/i kami."