SEKILAS KISAH KECIL TENTANG ALM. RD GERARDUS BANI
(Marcela Ceunfin)
Jam pada layar HPku menunjukkan 09.50 pelajaran jam pertama kuliah hari ini akan segera berakhir. Tanpa sengaja aku meraih HPku dengan maksud memastikan kembali jam berapa sekarang? Sebuah notifikasi terpampang jelas di dalam Group WhatsApp Paroki Naekake.
Rasa penasaranku semakin menjadi-jadi dengan pesan yang dikirim oleh Sekretaris Paroki Naekake, Bapak Ferdiandus Tob yang mengatakan, "Telah berpulang ke Rumah Tuhan Romo Geradus Bani, Pr di Rumah Sakit Katolik Marianum Halilulik".
Selanjutnya Bapak Wilfridus Nahak menyampaikan bahwa "Romo Gerardus menghembuskan napas terakhir sekitar jam 08.50 pagi & sementara jenasah dimandikan". Sementara itu, P. Remigius Sila, SsCR asal putra asli Paroki Naekake ini memberikan sebuah ucapan dengan "Selamat jalan Romo. Beristirahatlah dalam damai abadi di surga. Terima kasih atas pelayananmu bagi umat Paroki Naekake".
Aku merasa heran hampir tidak percaya dengan apa yang diteruskan di group WA mengenai berita duka ini. Aku menghela napas perlahan-lahan lalu menghembuskannya. Tidak disadari setitik air mata jatuh membasahi pipiku. Aku mulai mengingat kisah beliau selama beberapa tahun bertugas di tempat tinggalku kurang lebih 12 tahun, tepatnya di Paroki St. Bernardus Naekake.
Sedikit kisah tentang beliau awal datang pertama di Naekake. Seorang Pastor dengan kulitnya yang hitam, kumisnya yang tebal, rambutnya yang sedikit berantakan, senyumnya yang ramah yang dilengkapi dengan kacamata yang kemudian menjadi cerita dan juga motivasi untuk umat Paroki Naekake hingga kini, di mana sejak beliau bertugas tidak pernah menggantikan kacamatanya, walaupun sudah sedikit rusak di bagian kiri.
Hebatnya beliau yaitu tidak ingin untuk membeli yang baru. Bila kacamatanya rusak, ia sendiri mengikatnya dengan tali karung berwarna putih yang kemudian menjadi perhatian banyak orang, dan juga muncul pertanyaan mengapa sampai seperti itu. Awal pertama beliau datang, aku sendiri berpikir beliau orang jahat, ditambah lagi dengan penampilannya yang sangat sederhana. Sungguh sangat sederhana penampilan Pastor berkaca mata ini.
Beliau adalah seorang pekerja keras, setiap tahun selalu ada kebun kacang sendiri, tanahnya ia dapatkan dari umat sekitarnya dengan kesepakatan harga dengan pemilik tanah. Beliau juga seorang peternak sapi dan ayam di mana selama berada di Naekake, kegiatan yang dilakukan setiap pagi dan sore adalah duduk di bawah pohon nangka, menghisap sebatang rokok sambil melihat sapi-sapinya yang sekejap menghabiskan rumput yang dipotong-potong.
Dalam hal berburu pun demikian. Ketika siang hari orang menggunakannya untuk istirahat, beliau gunakan waktu dengan memburu burung di hutan. Ketika hasil buruanya banyak, maka itu akan diberikan kepada anak-anak dengan maksud supaya membantunya memotong daun untuk ternaknya. Di sisi lain aturan yang diberlakukan bagi setiap orang yang pergi nonton TV di pastoran adalah sebelum masuk harus memperlihatkan pakan ternak yang dibawa oleh anak-anak.
Kemungkinan pada waktu itu TV hitam putih menjadi satu-satunya yang ada di Naekake adalah milik pastoran. Semua ini lucu tetapi menarik, bagaimana beliau sendiri mau mengajarkan kepada anak-anak bahwa mendapatkan sesuatu memang tidak mudah dan tidak gampang.
Sebagai anak kecil pada waktu itu, yang menjadi kesenangan kami adalah ketika musim jemur kacang tiba. Pastor berkaca mata ini akan memanggil kami satu persatu di jalanan yang tengah asik bermain untuk membantu menjaga kacang miliknya yang dijemur.
Walaupun di rumah, ditugaskan orang tua untuk menjaga kacang yang dijemur pada musim panas, kami anak-anak akan memilih mengikuti Romo. Hal lucu yang terjadi adalah ketika orang tua pulang dari kebun dan marah, beliau sendiri akan membela kami apapun itu.
Hadiah dari membantu menjaga kacang miliknya adalah kopi segelas dan kacang goreng yang dicapur sedikit dengan tepung terigu. Tali persaudaraan yang diciptakan dengan umat Paroki Naekake sangat-sangat dekat di mana di sisi lain beliau sendiri membantu orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya dengan memberikan uang pinjaman. Hingga ketika beliau dipindahkan dari Paroki Naekake ke Paroki Manamas, banyak umat yang meneteskan air mata.
Ketika beliau berangkat ke tempat tugasnya yang baru seluruh umat ikut mengantar beliau sampai di tempat yang baru. Bagi rumah-rumah terdekat yang menjadi tetangganya beliau sendiri menganggap mereka seperti keluarganya sendiri, sehingga entah acara sukacita atau kedukaan mau di pelosok mana saja beliau pasti hadir kecuali dalam situasi yang beliau tidak bisa ikut.
Keakraban beliau dengan umat sungguh sangat dekat sehingga dalam hal pelayanan, Pastor berkaca mata ini tidak kesulitan dalam mengurus umat-umatnya. Apalagi tempat ia bertugas rata-rata berbahasa Dawan atau biasa disebut dengan 'Uab/Molok Meto" yang kebetulan beliau sendiri orang asli Dawan.
Kabar duka ini membuat seluruh umat Paroki Naekake merasa kehilangan seorang Pastor yang sangat baik ini. Doa terbaik dari umatmu semua, semoga amal baiknya, beliau diterima di sisi kanan Bapa yang Mahakuasa. Doakan kami umatmu yang pernah engkau layani dan berhasil menciptakan tali persaudaraan yang erat. Terima kasih banyak, mohon maaf dan selamat jalan Rm. Gerardus Bani, Pr.