SEPUCUK SURAT CINTAKU
UNTUKMU PHILIPUS JOKO
PINURBO
Jemariku bergerak lebih cepat sore ini
Membuka buku tua yang hampir usang
Bukan karena apa-apa
Tetapi karena aku tak pernah berpisah
darinya
Lembaran demi lembaran bisu bernafaskan jiwamu
Kuhirup sedalam mungkin di setiap tarikan
nafasku
Ada pembatas buku lengkap dengan potretmu
Mengundang hujan di kelopak mataku
Ada rasa yang terpendam di dada ini
Ada kata yang tak sempat terucap di bibir
Hanya keheningan yang dapat menemaniku
Memandang beberapa butir dari catatan
hatimu
Dengan berbagai pertanyaan di kepalaku
Aku belum siap merelakanmu
Aku masih ingin kita bercerita
Tentang segala hal yang kita inginkan
Memutar kembali arah jarum jam
Pada detakan yang kita mau
Namun apa semuanya masih dapat terulang ?
Entahlah, Dia yang lebih mengasihimu
berkehendak lain
Pinurbo, aku mencintaimu
Aku mencintai puisimu
Yang menghantarku lelap di punggung meja
Ada manis pahit yang kau selipkan
Pada sunyi yang tak bersuara
Pada angin yang tak menembus
Pada ranjang yang kau sebut sebagai perdamaian
Pada Tuhan yang kau sebutkan Maha Segala
Lalu bagaimana denganmu?
Kau telah memenangkannya
Kau telah membuka seribu jendela
Bagi mereka yang tak kenal lelah
Pada dunia yang tak sedikit mengenalmu
Pada bangsa yang tak sedikit menyanjung
Kau punya segalanya
Kau punya semuanya
Barangkali aku tak lama mengenalmu
Tetapi aku telah melahap seribu dari sebagian
karyamu
Yang kau torehkan di setiap sajakmu
Yang kau titipkan di ujung penamu yang hidup
Yang kau bisikkan di akhir doamu yang
terakhir
Di bilik sunyi berhias sejuta kembang
Dengan nyanyian serafim dan kerubim
Di tepi pintu surga berhiaskan permadani
Pinurbo, adakah yang masih tersisa
Dari sebagian yang belum kau tuntaskan
Di atas panggungmu yang sedang naik daun
Ingin kudengar lagi mikrofon itu mendentum
Dengan suaramu yang keras namun bergairah
Berkumandang dengan gayamu yang khas dan tak
salah
Membuat setiap mata yang melek melotot padamu
Termasuk diriku yang diguyur rasa cintaku
padamu
Pinurbo, dunia kehilanganmu
Wasiatmu yang mulia kan selamanya terpatri
Mengutak-atik di atas ponsel dan lembaran
bisu
Menemukanmu walaupun ragamu tlah jauh
Para pencintamu kan selalu menyebutmu
Dalam setiap bait suci bernafaskan jiwamu
Para penyair kan menghadirkanmu
Di setiap panggung beraroma kembang
Panurbo, katakan pada bangsa ini
Yang rindu akan kerasnya kritikanmu
Kepada para pencinta korupsi
Ah, mungkin sangat menarik
Berargumen tentang sebuah pertanyaan
Yang takkan usai di depan meja hijau
Pinurbo, tak ada yang pergi
Ini hanyalah sebuah kehidupan baru
Yang memang akan dialami setiap insan
Allah sudah menantimu di surga
Mungkin Ia akan terus mendaraskan
sajak-sajakmu
Dan membiarkanmu mendengar lagi
Kali ini bukan kau yang bersyair
Ia membiarkanmu menikmatinya dengan hikmah
Di arca yang telah disiapkan-Nya untukmu
seorang
Ah, mulia dirimu di sana
Aku ingin sepertimu
Walau banyak yang kurang
Mungkin aku memulainya dari sekarang
Mumpung belum terlambat diriku
Tersendat tak mengapa
Terseok tak jadi soal
Terjatuh barangkali
Namun sosokmu meneguhkan tekatku
Tuk bangkit dan melawan arus
Sekalipun rasanya tak mudah
Pantas diriku memujimu
Pribadi yang sederhana bermantol kebajikan
Beristirahatlah sejenak di Rumah Tuhan
Sebab kau pantas menikmati surgamu
Kau pantas menikmati tidur yang damai
Kau pantas menikmati suguhan dari Tuhanmu
Kukirimkan sedikit puisiku
Padamu yang banyak membawaku pada duniamu
Pada dirimu dan diriku sendiri
Semoga puisiku ini adalah doa berharga
untukmu
Yang mungkin tak seindah puisimu di setiap bait
Catatan kecil;
Ijinkan aku mengabadikan sepucuk rinduku ini sebagai doa berharga padamu.
Lena Salu.