BOLEHKAH AKU PINJAM SERATUS?
Perempuan Setengah
tua itu
Menjinjing sebuah
keranjang lontar
Dengan seikat kayu
bakar di atas kepalanya
Sedang langkahnya
makin lemah
Tak seperti empat
puluh tahun yang lalu
Kala itu aku masih
bocah
Ketika umurku belum
seberapa
Aku masih melihat
wajahnya yang anggun
Dengan lipstik yang
membuat bibirnya merekah
Dengan kebaya coklat
keemasan dan sarung bermotif
Ia bagaikan bidadari
yang tak pernah terkalahkan
Musim panas baru
pergi
Hujan kembali
mengguyur bumi
Sebentar lagi Pipit
akan bersorak di antara ranting padi
Menari dari
persadanya
Menemani pak tua
yang sedang bermenung
Kutemui ia sebulan
yang lalu
Ada sedikit kerut di
keningnya
Ada pucat di
bibirnya yang kusanjung kala itu
Ada suara yang
semakin berat di kerongkongannya
Ada batuk yang
tertahankan di dada
Aku mengusap dada
pelan
Tak ada kata yang
tepat tuk kujelaskan semuanya
Tak ada bahasa yang
dapat menggantikan perasaanku
Tak ada senyum yang
bisa menutupi keberadaanku saat ini
Mereka telah melewati
satu malam gelap penuh ujian
Sedang aku berpangku
tangan dalam kenyamanan
Aku menjerit dalam
diam
Menahan rasa yang
sedang beradu
Tuhan, kuatkan
hatiku
Biarkan aku tegar
seperti mereka
Yang mengais dari
setiap rasa bersyukur
Yang memberi tanpa
menuntut balas
Bolehkah aku pinjam
seratus?
Adalah sebuah
tantangan bagiku
Tuk membalas semua
kebaikan kedua pejuangku
Yang tak kenal hujan
badai
Yang tak pernah
berlari menghindari kenyataan hidup
Yang tak pernah tahu
kapan waktunya istirahat
Yang tak pernah
menutup pintu hatinya untuk siapapun
Terima kasih
pahlawanku
Yang mencintaiku
tanpa syarat
Yang mengasihiku
tanpa bayaran
Yang memeliharaku
tanpa sogokan
Yang memberi tanpa
pamri
Tuhan, temani aku
sebentar saja
Lindungilah mereka
Biarkan aku dapat
membalas segalanya
Temani aku sebentar
saja
Menyelesaikan semua
yang belum sempat tercapai
Semoga, semoga
semuanya tiba pada waktunya
Salam hormat untukmu yang takan pernah kulupakan
Yang tak pernah kuabaikan
Yang takkan pernah
kukecewakan
Yang takkan pernah
kusakiti lagi
Maafkan diriku yang
belum bisa bayar seratus hari ini
Teruntukmu,
Semoga kelak dapat
kulunasi semuanya
Semoga pada saatnya
masih bisa melihatmu bahagia
Dengan tawamu yang
lebar
Dengan senyumanmu
yang kubanggakan
Dengan kewibawaanmu
yang kuhormati
Dengan kasihmu yang tak bertepi
Oleh: Lena Salu