TAHBIS
DALAM TANGIS
Mama,
Bapa dekatku,
Mama,
mari dekapku,
Uskup
urapi aku
Tahbis
dalam tangis.
Ratusan
pasang kelopak mata,
Terarah
ke diriku,
Itulah
saat amat tragis,
Tahbis
dalam tangis.
Sewaktu
aku tiarap depan Altar,
Doa
para kudus tercurah,
Mama,
waktu itu kurasa,
Tetes
doa tangismu
Membasahi
sekujur diriku,
Tahbis
dalam tangis.
Mama,
Tuhan tahu,
Besok
itu hari tahbis,
Bapa
Mama dan aku,
Lakonkan
latihan tahbis,
Upacara
yang mama rindu,
Nyatanya
Mama terpilih,
Tumpangkan
tangan halusmu,
Bunda
Maria bersamamu,
Ikut
sentuh ubun-ubunku,
Kurasa
Mama berdua,
Tanpa
kata hanya membisu,
Turut
beri doa restu,
Tahbis
dalam tangis.
Terlintas
hanya sepintas kilas,
Dulu
Yesus Sang Imam Agung,
JasadNya
kaku dipangku Mama,
Kini
aku Imam sederhana,
Sebelum
dan habis ditahbis,
Cuma
menatap mama,
Kaku
terbaring tanpa sapa.
Kukecup
mama dan kubisik,
Mama,
sudah selesai,
Tahbis
dalam tangis.
Mama
lihat ini anakmu,
Rayakan
Misa perdana,
Air
suci dan dupa mewangi
Kurecik
dan kuukup,
Dirimu
Mama tetap menatap,
Setiap
gerak dan kata kudus
Aku
ungkap iringi Mama,
Dituntun
Malaikat ke gerbang Surga,
Di
sana Mama di Hadirat Bapa Surgawi,
Melihat
diriku Imam pilihan Tuhan,
Menghadirkan
Tuhan Sang Juru Selamat,
Di tengah umat menimba Rahmat,
Aku
terus tabah di Altar,
Melanjutkan
tugas imamat,
Yang
diawali hari pertama,
Tahbis
dalam tangis.
Mama,
hapuslah linangan air mata kami bersama bapa,
Mama
kujanji pasti setiap pagi,
Nama mama tetap kuucap,
Dalam
Misa kudus yang kurayakan
Sampai
ajal menjemput diriku,
Karena
untuk itulah
Aku
berlutut di hadapan Uskup,
Pada
saat yang jadi sejarah,
Tahbis
dalam tangis.
(Kupang,
Kamis, 30 November 2023, Pesta Santu Andreas Rasul, Hari Tahbisan Romo Engel
Nahak. Salam dari penulis - Katekis: Anton Bele).