Akhir bulan September 2005...
Waktu itu Saya adalah pengangguran tulen, para tetangga saya pun bingung melihat saya karena tetap hidup walau tanpa pekerjaan. Saya menikmati waktu itu walau kadang memeluk ijazah sambil berdoa minta pertolongan pada yang punya Langit dan Bumi. Berbekal
ijazah S1 Ekonomi, saya coba mengirim lamaran ke beberapa tempat di Kota
Kupang karena Saya pikir di kota kabupaten
tempat Saya tinggal tidak begitu menjanjikan. makanya Saya pilih ke luar kota,
siapa tau peruntungan Saya memang di sana. namun berbulan-bulan Saya tunggu
tetapi belum juga ada jawaban dari lamaran Saya.
Sudah hampir genap satu tahun Saya menganggur di rumah membebani orangtua. dan
pada pertengahan Agustus tahun 2005 Saya mendapatkan sebuah surat panggilan
dari sebuah Distributor alat-alat elektronik di Kota Kupang. Saya sendiri heran
karena seingat Saya, Saya hanya mengirim lamaran ke LSM dan beberapa perusahaan di bidang Jasa, tapi namanya
pengangguran, Saya ambil saja kesempatan ini.
dan berangkatlah Saya ke Kupang...
di Kupang Saya tidak punya kenalan siapa-siapa. maka Saya keliling di sekitar
perumahan yg letaknya dekat ke kawasan pertokoan biar lebih dekat dengan Tempat
Kerja. selama tes berlangsung Saya numpang tidur di sebuah pastoran. untungnya
tes nya cuma tiga hari. setelah ada keputusan Saya diterima kerja magang, Saya
putuskan mencari kosan. dengan bantuan tukang ojek yg Saya kenal sewaktu
ngobrol-ngobrol di Gereja, Saya akhirnya menemukan sebuah kontrakan di daerah
Perumnas.
kontrakan itu lumayan laris. dua lantai di bawah sudah terisi penuh dan hanya
ada sisa satu kamar di lantai dua.
"tinggal yang ini," kata pemilik
kosan menunjuk pintu sebuah kamar di ujung..
Saya memandang berkeliling sementara pemilik Kos membukakan pintu untuk Saya
melihat-lihat kamarnya. di lantai atas ini cuma ada enam kamar. masing-masing
kamar sudah dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi di dalamnya. dengan harga
sewa Tiga ribu rupiah per bulan, Saya
terima dan mulai hari itu Saya resmi jadi penghuni kamar nomor 10. kamar-kamar
di sini terpisah koridor selebar kurang lebih dua meter. tiap sisi ada tiga
kamar yg saling berseberangan. Saya sendiri merasa cukup beruntung karena
mendapat kamar yg posisinya paling ujung. kamar Saya dan kamar di depan
disambung oleh sebuah tembok pendek berukuran setengah meter sebagai pembatas.
besok Saya sudah mulai kerja, maka hari ini
juga Saya berbenah kamar. menyapu dan mengepel serta membersihkan dinding dari
sarang laba-laba yang menempel. nampaknya kamar ini sudah lama tidak ditempati.
dan sesi bersih-bersih itu selesai pukul setengah lima sore. Saya sedang duduk
di kursi kecil depan kamar saat kamar sebelah Saya mulai menyetel lagu dengan
volume kencang. beginilah nasib anak kos baru, cuma bisa jadi pendengar setia.
setelah capek bersih-bersih dan menyempatkan mendengar tiga buah lagu yg
disetel kamar sebelah, Saya turun keluar mencari warung makan. limabelas menit
kemudian Saya sudah berjalan di tangga menuju kamar Saya dengan sekantong nasi
bungkus di tangan. anak-anak kamar sebelah Saya nampaknya masih asyik tidur di
kamar mereka, karena Saya tau rata-rata penghuni kosan ini adalah karyawan Toko
yg bekerja di kawasan Pertokoan Oebobo.
hanya ada satu pintu yg terbuka, pintu kamar seberang Saya. di depan pintu
seorang wanita sebaya Saya sedang duduk memeluk lutut dan memandang kosong ke
lantai di bawahnya. rambutnya panjang dibiarkan tergerai sedikit menutupi
wajah. hidung mancung dan berperawakan lumayan tinggi. saat itu dia mengenakan
sebuah celana jeans pendek se paha, tapi yg menarik perhatian Saya adalah kaos
kaki yg dipakainya itu. kaos kaki panjang sampai menutupi lutut. Kupang adalah
kota yg panas, maka Saya sendiri aneh melihatnya memakai kaos kaki yg begitu
panjang.
"sore kak," sebagai "anak baru" Saya memberanikan diri
menyapa supaya dinilai sopan.
diam. wanita itu bergeming. jangankan
membalas sapaan Saya, mengangkat kepalanya pun tidak.
"selamat sore Kak..." kali ini Saya
coba keraskan suara.
dia tetap diam.
"Setan," omel Saya dalam hati.
maka Saya putuskan langsung masuk ke kamar dan menyantap nasi bungkus Saya.
tidak ada yang spesial di hari pertama Saya
di kosan. kecuali momen mati lampu pada jam delapan malam, Saya memutuskan
segera beranjak tidur karena besok pagi Saya tidak boleh terlambat datang ke Tempat
Kerja. Saya cukup senang listrik mati, karena itu artinya Saya bisa dengan
tenang tidur. kamar sebelah Saya mendadak menjadi "bisu".
entah sudah jam berapa saat itu, dalam
kondisi kantuk yg mulai menjalari mata, samar-samar Saya seperti mendengar
sebuah suara. asalnya dari luar, entah dari sebelah mana. sebuah suara isak
tangis seorang wanita, Saya yakin. isakan kesedihan yang dalam.
bulu kuduk Saya merinding. pikiran Saya mulai membayangkan kelebatan-kelebatan
sosok yg bahkan tidak pernah Saya tau keberadaannya. Saya menaikkan selimut
sampai menutup kepala. suara itu hilang.
Saya diam memasang telinga berusaha
menangkap suara-suara lagi. tapi tidak ada suara apa pun. beberapa menit Saya
masih terjaga memastikan. tetap sunyi. hanya suara degup jantung di dada Saya
yang terdengar mengalun berkejaran dengan suara detik jam di dinding....Bersambung