• Hari ini: December 22, 2024

KUPANG 2005 - BAGIAN 1

22 December, 2024
286

Akhir bulan September 2005...

Waktu itu Saya adalah  pengangguran tulen, para tetangga saya pun bingung melihat saya karena tetap hidup walau tanpa pekerjaan. Saya menikmati waktu itu walau kadang memeluk ijazah sambil berdoa minta pertolongan pada yang punya Langit dan Bumi. Berbekal ijazah S1 Ekonomi, saya coba mengirim lamaran ke beberapa tempat di Kota Kupang karena Saya pikir  di kota kabupaten tempat Saya tinggal tidak begitu menjanjikan. makanya Saya pilih ke luar kota, siapa tau peruntungan Saya memang di sana. namun berbulan-bulan Saya tunggu tetapi belum juga ada jawaban dari lamaran Saya.


Sudah hampir genap satu tahun Saya menganggur di rumah membebani orangtua. dan pada pertengahan Agustus tahun 2005 Saya mendapatkan sebuah surat panggilan dari sebuah Distributor alat-alat elektronik di Kota Kupang. Saya sendiri heran karena seingat Saya, Saya hanya mengirim lamaran ke LSM dan beberapa  perusahaan di bidang Jasa, tapi namanya pengangguran, Saya ambil  saja  kesempatan ini.


dan berangkatlah Saya ke Kupang...


di Kupang Saya tidak punya kenalan siapa-siapa. maka Saya keliling di sekitar perumahan yg letaknya dekat ke kawasan pertokoan biar lebih dekat dengan Tempat Kerja. selama tes berlangsung Saya numpang tidur di sebuah pastoran. untungnya tes nya cuma tiga hari. setelah ada keputusan Saya diterima kerja magang, Saya putuskan mencari kosan. dengan bantuan tukang ojek yg Saya kenal sewaktu ngobrol-ngobrol di Gereja, Saya akhirnya menemukan sebuah kontrakan di daerah Perumnas.

kontrakan itu lumayan laris. dua lantai di bawah sudah terisi penuh dan hanya ada sisa satu kamar di lantai dua.

"tinggal yang ini," kata pemilik kosan menunjuk pintu sebuah kamar di ujung..


Saya memandang berkeliling sementara pemilik Kos membukakan pintu untuk Saya melihat-lihat kamarnya. di lantai atas ini cuma ada enam kamar. masing-masing kamar sudah dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi di dalamnya. dengan harga sewa Tiga  ribu rupiah per bulan, Saya terima dan mulai hari itu Saya resmi jadi penghuni kamar nomor 10. kamar-kamar di sini terpisah koridor selebar kurang lebih dua meter. tiap sisi ada tiga kamar yg saling berseberangan. Saya sendiri merasa cukup beruntung karena mendapat kamar yg posisinya paling ujung. kamar Saya dan kamar di depan disambung oleh sebuah tembok pendek berukuran setengah meter sebagai pembatas.

besok Saya sudah mulai kerja, maka hari ini juga Saya berbenah kamar. menyapu dan mengepel serta membersihkan dinding dari sarang laba-laba yang menempel. nampaknya kamar ini sudah lama tidak ditempati. dan sesi bersih-bersih itu selesai pukul setengah lima sore. Saya sedang duduk di kursi kecil depan kamar saat kamar sebelah Saya mulai menyetel lagu dengan volume kencang. beginilah nasib anak kos baru, cuma bisa jadi pendengar setia.

setelah capek bersih-bersih dan menyempatkan mendengar tiga buah lagu yg disetel kamar sebelah, Saya turun keluar mencari warung makan. limabelas menit kemudian Saya sudah berjalan di tangga menuju kamar Saya dengan sekantong nasi bungkus di tangan. anak-anak kamar sebelah Saya nampaknya masih asyik tidur di kamar mereka, karena Saya tau rata-rata penghuni kosan ini adalah karyawan Toko yg bekerja di kawasan Pertokoan Oebobo.

hanya ada satu pintu yg terbuka, pintu kamar seberang Saya. di depan pintu seorang wanita sebaya Saya sedang duduk memeluk lutut dan memandang kosong ke lantai di bawahnya. rambutnya panjang dibiarkan tergerai sedikit menutupi wajah. hidung mancung dan berperawakan lumayan tinggi. saat itu dia mengenakan sebuah celana jeans pendek se paha, tapi yg menarik perhatian Saya adalah kaos kaki yg dipakainya itu. kaos kaki panjang sampai menutupi lutut. Kupang adalah kota yg panas, maka Saya sendiri aneh melihatnya memakai kaos kaki yg begitu panjang.

"sore kak," sebagai "anak baru" Saya memberanikan diri menyapa supaya dinilai sopan.

diam. wanita itu bergeming. jangankan membalas sapaan Saya, mengangkat kepalanya pun tidak.

"selamat sore Kak..." kali ini Saya coba keraskan suara.
dia tetap diam.

"Setan," omel Saya dalam hati. maka Saya putuskan langsung masuk ke kamar dan menyantap nasi bungkus Saya.

tidak ada yang spesial di hari pertama Saya di kosan. kecuali momen mati lampu pada jam delapan malam, Saya memutuskan segera beranjak tidur karena besok pagi Saya tidak boleh terlambat datang ke Tempat Kerja. Saya cukup senang listrik mati, karena itu artinya Saya bisa dengan tenang tidur. kamar sebelah Saya mendadak menjadi "bisu".

entah sudah jam berapa saat itu, dalam kondisi kantuk yg mulai menjalari mata, samar-samar Saya seperti mendengar sebuah suara. asalnya dari luar, entah dari sebelah mana. sebuah suara isak tangis seorang wanita, Saya yakin. isakan kesedihan yang dalam.

bulu kuduk Saya merinding. pikiran Saya mulai membayangkan kelebatan-kelebatan sosok yg bahkan tidak pernah Saya tau keberadaannya. Saya menaikkan selimut sampai menutup kepala. suara itu hilang.

Saya diam memasang telinga berusaha menangkap suara-suara lagi. tapi tidak ada suara apa pun. beberapa menit Saya masih terjaga memastikan. tetap sunyi. hanya suara degup jantung di dada Saya yang terdengar mengalun berkejaran dengan suara detik jam di dinding....Bersambung