KOMUNIKASI MISI (IV)
Pada cerita kali ini diawali dengan berbagai kemungkinan untuk mempertajam pemahaman kita tentang arti kata "Baramatus" yang tentunya membuat kita penasaran, dan kemudian bertanya dalam diri, kok bisa seperti itu? Kita ini orang Timor yang juga adalah pemilik dan penduduk yang menempati tanah ini, lalu mengapa orang asing yang memberikan nama untuk tanah kita ini? Mari kita simak baik-baik penjelasan demi penjelasan untuk semakin mengerti dan memahami apa arti yang sesungguhnya.
Kemungkinan pertama, kata "Baramatus" berasal dari kata 'Para' (Portugis, Spanyol, Latin) artinya untuk, menuju, mengarah, berorientasi. Dan "Amatus, amare," artinya yang dikasihi, yang dicintai. Maka "Baramatus" berarti suatu perjalanan menuju tempat yang dikasihi, yang dirindukan, yang diimpikan oleh para pelaut Portugis pimpinan Alfonso De Albuquerque.
Daratan sebenarnya impian hati setiap pelaut yang berada di tengah lautan lepas. Kerinduan hati setiap pelaut yang berada di tengah lautan lepas. Kerinduan hati setiap pelaut adalah mencapai daratan. Sehebat apapun seorang pelaut, tentu selalu berharap bahwa ia akan meraih sesuatu yang indah dari setiap perjalanannya.
Sudah pasti bahwa setiap pelaut yang mengarungi samudera selama berbulan-bulan akan merindukan sebuah tempat labuh (daratan) yang indah dan tenang. Mereka juga rindu akan sahabat, setelah lama berlayar meninggalkan kampung halaman dan orang-orang yang dikasihi yang ditinggalkan di Portugis karena ingin bertualang guna meraih peluang emas di tanah rantau.
Kemungkinan kedua, kata "Baramatus" berasal dari kata benda Bahasa Latin, "Barathrum" artinya jurang, tubir, celah-celah gunung, atau berasal dari kata "Baramatus" yang berarti orang yang tidak berguna.
Sedangkan "Matus" (kata sifat) artinya mabuk, bodoh. Dengan demikian, "Baramatus" artinya orang-orang mabuk dan tidak berguna. Kemabukan dan kebodohan acapkali diidentikan dengan masyarakat primitif yang hidup di era tribal. Orang mabuk dan bodoh sering diabaikan, dianggap sepeleh dan tidak berguna, tidak bermutu. Itulah persepsi orang modern dan postmodern terhadap kaum primitif dan tradisional.
Dan kenyataan ini di Oekusi dan di Timor secara keseluruhan pada tahun 1556-an, memang faktanya seperti itu, saat bangsa Portugis tiba di sana. Waktu itu orang tidak sekolah bukan karena orang tidak mau, tetapi karena memang tidak ada sekolah. Karena itu penduduk setempat hanya memiliki pengetahuan bawaan tentang dirinya dan lingkungan sosialnya yang terbatas. Kenyataan ini tentu berbeda dengan orang Portugis yang datang ke Timor waktu itu semuanya berlatar belakang pendidikan tinggi.
Ada pastor maka jelas mereka memiliki latar belakang pendidikan Filsafat dan Teologi serta disiplin ilmu sosial, antropologi, budaya, psikologi dan lain-lain. Ada pelaut, maka tentu ada yang ahli di bidang ilmu kelautan dan perbintangan. Ada tentara dan polisi, maka mereka tentu profesional di bidang militer.
Ada guru, maka pasti mereka menguasai banyak ilmu pengetahuan. Karena itu tidak perlu heran kalau orang Portugis yang datang dari masyarakat berlatar belakang modern seperti itu tentu sangat jauh peradabannya, berbeda cara pandangnya, pola pikir, sikap dan persepsinya serta berbeda budaya dan bahasa dibandingkan dengan orang Timor tidak takut, tetapi menurut persepsi orang Portugis, sikap dan perilaku orang Timor yang sedikit aneh ketika itu dipandang sebagai ekspresi ketakutan dan kecemasan.
Tentu kita tahu bahwa orang-orang Portugis yang datang ke Timor waktu itu adalah orang-orang yang berasal dari latar belakang masyarakat literal atau semi modern karena mereka sudah mengenal budaya literal/ literasi, industri dan teknologi modern. Sedang masyarakat Timor di tahun 1556-an masih sangat primitif, berlatar belakang agrikultural dan tradisional seperti yang disaksikan orang Portugis dan ketika tiba di Oekusi.
Keadaan masyarakatnya memang masih hidup dalam era tribal, maka yang menjadi pusat perhatian adalah kemampuan akustik (mendengarkan) dan budaya oral (oral culture) , di mana orang sangat mengandalkan kemampuan berkomunikasi dari mulut ke mulut untuk menyampaikan informasi dari orang ke orang. Maka diperlukan kemampuan mendengarkan yang baik (budaya akustik) supaya bisa menyampaikan informasi secara baik dan benar kepada orang lain.
Kemungkinan ketiga, kata "Baramatus" berasal dari kata Bahasa Latin, "Baramatus" artinya tanah bangsa yang masih primitif, luar negeri, tanah asing: kebodohan, kebiadaban, kekasaran, hal tak tahu kesopanan. Sedangkan Matus (kata sifat) artinya mabuk, bodoh.
Maka "Baramatus" artinya tanah bangsa asing yang didiami oleh orang-orang primitif yang masih terkungkung oleh kebodohan, jauh dari peradaban modern dan memiliki sikap belum beradab serta perilaku yang kasar.
Inilah tiga kemungkinan penafsiran terhadap kata "Baramatus" yang merupakan nama asli pulau Timor, walaupun tidak seratus persen benar. Barangkali sikap dan perilaku aneh dari orang-orang Oekusi (Timor) primitif yang dilihat dan dialami oleh orang-orang Portugis ketika menginjakkan kaki di pulau ini, itulah yang mendorong Alfonso De Albuquerque untuk menggantikan nama pulau ini dari Baramatus menjadi Timor.
Dampak dari keanehan sikap dan perilaku masyarakat asli Oekusi tersebut, telah membuat bangsa Portugis memberi nama baru pada pulau ini. Maka nama baru yang 'dibaptiskan' padanya oleh Alfonso adalah Timor, yang dikenal hingga saat ini dan hingga keabadian.
Oleh karena itu, setelah mengetahui beberapa kemungkinan tentang "Baramatus" ini, maka selanjutnya kita akan menelusuri kisah tentang perjalanan selanjutnya, mulai memasuki cerita yang lebih lengkap tentang perjalanan para misionaris. Masih penasaran dengan cerita yang lebih seru?
Yukkkk ikuti episode selanjutnya!
Oleh: Marcella Ceunfin