MAWAR YANG HILANG (II)
Sayangku Diana, atau seperti ayahmu dulu memanggalmu. Mary, ayahmu selalu membisikkan nama itu di telinganmu. Namun setelah ayahmu meninggal, aku tidak ingin meninggalkanmu Mary sampai waktunya tiba dan kau memahami sisi lain dirimu yang dilambangkan oleh nama itu.
Aku hanya ingin kau terdorong untuk meninggalkan rumah, menyeberangi lautan, dan merasa takut kehilangan saudari kembarmu, agar tak ada apa pun yang bisa membuatmu melupakan nama itu.
Maafkan aku, anakku sayang, karena menginginkanmu menemukan Mary. Aku sudah menyampaikan hal-hal yang tidak sepenuhnya benar. Sayangnya, waktuku hampir habis dan aku tidak sempat memilih cara lain. Aku ingin kau pergi ke taman mawar sesegera mungkin. Lewat perjalanan yang bisa dianggap sebagai persiapan untuk hujan Desember.
Aku ingin kau membunuh dirimu yang menyebabkan kau tidak bahagia dan yang menghalangimu dari upaya menggapai impian. Karena surat ini sekarang ada dalam genggamanmu, kau pasti sudah membuat awal yang baik di jalan setapak mawar. Kau pasti tahu perbedaannya dari taman mawar lain yang pernah kau lihat.
Jika benar begitu, jika bagimu taman itu benar berbeda dari semua diri yang lain. Dan jika perbedaan itu tidak membuatmu merasa, melainkan membuatmu merasa lebih terbuka pada dunia luar, maka aku mengundangmu ke rumahku bulan Januari. Karena kau hanya bisa sepenuhnya mengenal Mary lewat hujan Desember. Siapa tahu aku juga bisa mematahkan semua hukuman.
Supaya aku bisa memeluk putriku. Supaya aku bisa berdiri bersama dalam hujan Desember. Tapi sekalipun kau tidak bertemu denganku di sana, sayangku, dengarlah baik-baik suaraku. Kau akan menyadari bahwa hanya ada satu suara, bukan dua: suara Mary, suaramu. Perjalanan yang awal dan akhirnya adalah dirimu. Dengan menjalani kisah ini, kau sudah menulisnya, sekarang perlu kau lakukan hanya menuangkannya di kertas. Hanya ada satu mawar dalam diriku, yang jauh di dalam. Aku mencintaimu, sayangku. Aku selalu bersamamu ibu.
By: Agnes M.