KOMUNIKASI MISI (I)
Di bawah lampu yang menerangi gelapnya malam terciptalah sebuah ketenangan. Dalam ketenangan itu ada sesuatu yang semakin membuatku untuk menyimak dan berusaha memahami arti tema besar yang terpampang di hadapanku. Sebuah tulisan besar dengan judul, "Komunikasi Misi Societas Verbi Divini," yang ditulis oleh P. Hendrikus Saku Bouk, SVD bersama teman sekelasnya P. Yakobus Soro Loe, SVD, dalam menyongsong perayaan puncak 100 tahun SVD Timor-Indonesia, tepatnya bulan September 2012. Keduanya bersepakat untuk menulis buku mengenai Sejarah Misi SVD Timor-Indonesia.
Aku terus melihat dan membaca dari satu halaman ke halaman lainnya dengan rasa ingin tahu, seperti apakah misi para misionaris saat itu, yang berkembang hingga saat ini. Dan secara historis, apa yang sudah terjadi pada waktu itu? Bagaimana cerita dan perjalanannya hingga kita yang sekarang ini adalah bagian dari cerita historis itu, yang menjadi penerus misi para misionaris? Lalu bagaimana ceritanya sehingga misi itu berkembang hingga saat ini? Pertanyaan itu terus ada di dalam benakku, seolah-olah menambah rasa penasaran dan keingintahuanku.
Kembali pada cerita awal sebagaimana ada dua orang sebagai penerus misi asal Belu ini berinisiatif dalam diri masing-masing sebagai kesadaran bahwa keduanya dilahirkan di Belu, dan misi itu lahir di atas tanah kelahirannya. Maka, mereka perlu bersuara tentang misi SVD Timor. "Kami sebagai orang Belu patut bersyukur kepada Allah dan berbangga karena SVD hadir di tanah Belu (Rai Belu). Kemudian barulah beranak dan bercucu lalu menyebar luas ke seluruh Indonesia sehingga ketika merayakan pesta mulia ini, orang menamakannya dengan istilah, '100 Tahun SVD-Indonesia'. Tetapi sebenarnya bukan 100 tahun SVD-Indonesia melainkan " 100 Tahun SVD Timor-Indonesia ". Itulah sub judul dari buku ini. Karena misi SVD lahir pertama di Lahurus-Belu-Timor, 1 Maret 1913. Jadi SVD Timor yang merayakan 100 tahun.
Memang benar bahwa SVD ada di Flores, Sumba, Jawa, Kalimantan, Sumatera, Papua dan di pulau-pulau lain di Indonesia, tetapi proses waktu kehadiran SVD di setiap pulau itu berbeda-beda. Mereka menerima misi SVD. Inilah sejarah yang benar. Jadi jangan kita balikkan Sejarah Misi SVD di Indonesia. Kita harus jujur mengikuti babakan atau kronologi sejarah misi SVD yang benar .
Oleh sebab itu, kita mesti berkisah tentang misi SVD mulai dari Lahurus-Belu- Timor, sesuai judul buku dari temanku, P. Yakobus Soro Loe, SVD. Orang Timor sering mengayubahagiakan Pulau Timor dengan lantunan syair klasik ini: Bo lele bo tana Timor lele bo artinya baik tidak baik tanah Timor lebih baik.
Dalam syair ini tersimpan suatu keyakinan bahwa semenjak awal zaman telah ditetapkan oleh Allah bahwa matahari terbit dari Timur bukan dari Barat. Timor itu Lorosae artinya Timor adalah matahari terbit. Dari Timor-SVD terbit, terbit dari Timur menuju Barat yaitu Flores, Sumba, Bali, Jawa, Kalimantan, Sumatera, Maluku, Papua dan pulau-pulau lain di Indonesia. Karena itu patutlah kita bermadah: Rai Timor-rai kmanek, rai Belu-rai di'ak-rai matakmalirin.
Lahurus nudar asu nahon fatin, manu natolu fatin. Misi SVD latan ona- knoan Maromak nabesi-an ona iha rai Belu. Simu nodi nako' us, dadobe nodi nawa' i bodik raiklaran. Ini bahasa adat yang memiliki makna sangat dalam tetapi arti harafiahnya demikian bahwa Timor adalah tanah yang mulia dan kudus, Belu adalah tanah yang baik dan penuh rahmat. Lahurus adalah tempat anjing dan ayam bertelur.
"Misi SVD telah diserahkan dan tongkat estafet kepemimpinan telah ditahtakan di tanah Belu. Orang Belu menerima dan membopong, menyayangi dan mendewasakannya demi kepentingan semua orang di seluruh jahat raya," titah P. Hendrikus Saku Bouk, SVD, salah satu penulis buku Komunikasi Misi.
Di akhir ungkapannya ini juga tidak lupa ia menyampaikan terima kasih kepada sahabatnya yakni P. Yakobus Soro Loe, SVD sebagai teman diskusi untuk memperoleh gagasan baru untuk proses penulisan buku Komunikasi Misi.
Setelah membacanya aku berniat untuk membuka halaman berikutnya. Namun, hati berkata lain, seakan-akan menyuruhku untuk berpikir dan merenung sejenak tentang perjuangan para misionaris ini. Aku diam sejenak memandang keluar dengan melihat cahaya yang berhasil menerangi pohon-pohon di depan ruangan yang aku tempati itu, walaupun yang nampak hanyalah bayang-bayang saja.
Aku mulai membayangkan betapa sulitnya para misionaris yang berjuang selama proses perjalanan misi berlangsung. Mereka tentunya menghadapi berbagai tantangan dan cobaan entah selama perjalanan maupun ketika tiba di Timor dan mulai berhadapan dengan masyarakat yang mereka jumpai. Tentunya tidak mudah bagi mereka bahwa ada kesulitan lain seperti sulit menyesuaikan diri dengan keadaan setempat, yang berkaitan dengan bahasa juga menjadi tantangan besar bagi mereka para misionaris pada umumnya. Dengan sekuat tenaga mereka berusaha untuk bergaul, membaurkan diri dengan masyarakat dan mempelajari bahasa setempat terutama Bahasa Tetun. Dengan mengetahui bahasa setempat maka mereka akan dengan mudah dan cepat menyampaikan pesan ajaran iman Kristiani kepada umat.
Hatiku mulai gelisah sambil berpikir, seandainya aku sendiri yang berada diposisi itu, apa jadinya aku? Jika hanya bermodalkan mental enak, dan tidak mau berusaha. Tantangan bagi para pewarta masa kini yang kurang menanggapi perjuangan para misionaris, yang datang dari berbagai tempat dengan tugas perutusan. Para pewarta sebagai pewaris ajaran dari para misionaris ini harus lebih memaknai apa arti dari sebuah perjuangan.
Penasaran dengan cerita selanjutnya, Yuk ikuti episode selanjutnya.....
DDMC