GURU ITU SEORANG COACH?
(Kristo Ukat)
Dr. Pramudianto, seorang
praktisi sumber daya manusia dan trainer, mencoba memberi makna yang lebih luas
dari istilah ini. Coaching merupakan proses pembelajaran menyeluruh
mencakup seluruh segi kehidupan. Lebih lanjut, ia menguraikan bahwa coaching
bukanlah terapi, mentoring, pelatihan praktis, konsultasi maupun konseling. Coaching
merupakan upaya untuk membawa seseorang kepada ”penemuan”-nya tentang arti
hidup ini dan cara menjalaninya.
Menurut International Coach
Federation, coaching is partnering with clients in a
thought-provoking and creative process that inspires them to maximize their
personal and professional potential. Artinya, coaching merupakan
bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi
pribadi dan profesional yang mereka miliki melalui proses yang menstimulasi dan
mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.
Guru merupakan tenaga
profesional yang memiliki tugas utama mendidik, membimbing, mengajar,
mengarahkan, menilai, melatih dan mengevaluasi para peserta didik. Guru
melaksanakan tugasnya agar peserta didik tumbuh dan berkembang menjadi manusia
berkualitas di masa yang akan datang.
Guru merupakan seorang coach.
Murid merupakan seorang coachee. Kehadiran guru harus berarti bagi
muridnya, sebaliknya kehadiran murid pun harus berarti bagi gurunya.
Keberartian ini terjadi untuk menjaga martabat manusia muda yang istimewa
sebagai imago Dei atau citra Allah. Para manusia muda yang disebut coachee
atau biasa dipanggil siswa/murid perlu dilatih, dibimbing, diarahkan untuk
menemukan arti hidupnya sekaligus mengetahui cara menjalaninya.
Sebagai coach, seorang
guru perlu mengetahui tiga hal dari coaching yakni kemitraan,
memberdayakan dan optimalisasi. Kemitraan, hal ini berarti proses coaching
berdasarkan hubungan kesetaraan antara seorang guru (coach) dan murid (coachee).
Kesetaraan ini berarti tidak ada pihak yang otoritasnya lebih tinggi.
Berdasarkan prinsip kemitraan dan kesetaraan, guru berfokus pada tujuan dan
mendukung murid agar dapat mencapai hasil yang lebih baik dibandingkan
membiarkan murid melakukan proses eksplorasi sendiri.
Memberdayakan. Inilah yang
membedakan coaching dengan jenis pengembangan kepribadian lain. Proses
memberdayakan pikiran, berbeda dengan instruksi, mengarahkan atau perintah satu
arah saja. Pemberdayaan pikiran cenderung dalam bentuk dialog, diskusi atau
tanya jawab antara seorang guru dan muridnya, yang memancing dan merangsang
proses berpikir mendalam, dalam diri murid. Proses memberdayakan pikiran
tersebut dapat menggali dan menginspirasi murid untuk menemukan jawaban-jawaban
yang mungkin tidak mereka sadari sebelumnya.
Sedangkan dalam optimalisasi,
seorang guru berusaha memastikan muridnya menemukan jawaban dari masalah atau
tantangannya, dan juga memastikan cara jawaban tersebut diterapkan oleh murid
dalam bentuk tindakan-tindakan nyata, yang pada akhirnya mampu mengoptimalkan
potensi pribadi mereka, bergantung dalam konteks apa proses coaching itu
dilakukan.
Seorang guru dalam proses coaching,
membangun percakapan yang berfokus pada kebutuhan murid, memberdayakan murid
sehingga murid dapat menemukan cara untuk bisa mencapai hal yang diinginkan.
Pada dasarnya, coaching berbicara tentang diri sendiri, tujuan hidup,
cara pembelajaran dan pertumbuhan diri.
Coaching bukan terapi. Terapi berfokus
pada masa lalu untuk membawa kesembuhan dan membuka blokir seseorang agar
bergerak maju. Coaching adalah masa depan dan berorientasi aksi untuk
orang-orang yang pada dasarnya bersih dari masalah psikologis dan emosional.
Coaching bukan mentoring. Mentoring
adalah bimbingan dari seorang yang sudah sangat menguasai hal-hal tertentu dan
membagikan ilmunya kepada orang yang membutuhkan. Coaching dan mentoring
berbeda. Perbedaannya terletak pada pendekatan penuntunan seorang guru kepada
muridnya. Coaching, seorang guru mengajukan pertanyaan dan melakukan
parafrasa, sedangkan mentoring, seorang guru memberitahu dan mengajari
teori dan memberitahu caranya. Seorang coach memberdayakan, sedangkan
mentor lebih pada mengontrol muridnya.
Coaching bukanlah training. Dalam
pelatihan, pelatih menerapkan agenda. Perubahan berasal dari luar diri murid,
melalui pelatih/guru. Sedangkan dalam coaching, seseorang dapat mengatur
agenda sendiri. Guru menggunakan pembelajaran orang dewasa mengenai prinsip
penemuan diri untuk memotivasi perubahan dari dalam diri muridnya. Namun
seorang guru bisa sekaligus trainer dan coach karena bertugas
mengajarkan muridnya, cara-cara konkrit dan langkah demi langkah agar suatu hal
dapat diterapkan, dijalankan, dioperasikan, dan difungsikan sebagaimana
mestinya.
Coaching bukanlah counselling.
Konseling sangat bertolak belakang dengan couching bila dilihat dari
orientasi pembimbingan. Coaching berorientasi ke depan yaitu bagaimana
seseorang dibimbing, diaragkan dan diajarkan demi pengembangan dirinya.
Sedangkan konseling mengarag ke belakang, bagaimana seseorang yang sedang
mengalami masalah kepribadian dibantu ke arah kesembuhan dan pemulihan.
Guru merupakan seorang coach.
Sebagai coach, seorang guru membantu muridnya mengambil tanggung jawab
untuk kehidupannya dan bertindak untuk memaksimalkan potensi dirinya. Maka
seorang guru harus menguasai seni bertanya sebagai ganti dari memberi nasehat
kata.
Yesus adalah seorang coach.
Ia sering menanyakan pertanyaan-pertanyaan kepada murid-Nya. Ketika menghadapi
pertanyaan, Yesus sebagai Guru, sering menjawab dengan perumpamaan sebagai teknik
coaching untuk menstimulasi pemikiran kritis dari para murid-Nya, dengan
melibatkan pendengar-Nya dalam scenario dan mengajukan kepada mereka pertanyaan
langsung di awal sebuah perumpamaan.
Perumpamaan orang Samaria yang
baik merupakan contoh yang baik karena perlu pemikiran lebih mendalam untuk
memahami maksudnya. Lukas 10:25-37 menguraikan sesuatu yang dilakukan Yesus
sebagai coach: Pada suatu kali, berdirilah seorang ahli Taurat untuk
mencobai Yesus, katanya: ‘Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup
yang kekal?’ Jawab Yesus kepadanya: ’Apa yang tertulis dalam Hukum Taurat? Apa
yang kau baca di sana?’ Ini adalah Langkah pertama pembukaan dalam dinamika
sosial dari tantangan dan respon. Ahli Taurat berharap bahwa Yesus akan
memberikan jawaban yang tidak memuaskan terhadap pertanyaan itu atau setidaknya
yang lebih rendah dari yang diharapkan.
Yesus menutup percakapan ini
dengan sesuatu yang luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa ahli Taurat belum
menjalankan Hukum Taurat dengan benar sesuai dengan kehendak Bapa. Yesus tidak
memberitahu Ahli Taurat mengenai hal yang harus dilakukan. Sebaliknya, Ia
mengajukan pertanyaan untuk menciptakan jawaban yang bisa ia Yakini dan
memotivasi dirinya untuk bertindak berdasarkan ide-idenya.
Yesus ingin agar setiap
pengikut-Nya memahami Firman Tuhan dengan benar karena hal itu berpengaruh bagi
hidup para murid di kekekalan nanti. Yesus menggunakan pertanyaan yang
memancing pemikiran untuk membangkitkan pemahaman yang benar pada diri setiap
pengikut-Nya. Metode yang Yesus lakukan itu disebut coaching.
Dengan demikian, seorang guru
merupakan coach. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru haruslah
memperhatikan coaching sebagai proses melengkapi orang dengan alat-alat,
pengetahuan dan kesempatan yang dibutuhkan oleh para murid untuk mengembangkan
diri dan menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu, seorang guru dalam
menjalankan coaching, bisa disebut sebagai seni membantu muridnya untuk
meningkatkan efektivitas para murid dengan cara-cara di mana para murid merasa
ditolong. Seorang guru dalam melaksanakan coaching, sedang melakukan
pemberdayaan, pendampingan secara tidak langsung kepada muridnya dan
memimpinnya dari belakang agar muridnya tumbuh dan berkembang menjadi dirinya
sendiri yang penuh daya dan bisa memberdayakan.
Pertanyaan, apakah guru itu
seorang coach? Berdasarkan pertanyaan tersebut, jawabannya bukan lagi
berupa pertanyaan. Jawabannya adalah Ya. Seorang guru adalah seorang coach karena
ia dapat mendengarkan, mengajukan pertanyaan, memotivasi dan memfasilitasi
serta memberi kesempatan kepada muridnya untuk memimpin, sebagaimana Yesus
mengajari para murid-Nya dan mengutus mereka berdua-dua dalam pewartaan dan
hasil pengajaran para murid berdampak pada bertambahnya para pengikut dan para
murid menjadi orang yang Tangguh dalam berbagai situasi termasuk berani
menempuh Jalan Salib.
Diberikan kepada para guru Agama Katolik di Kantor Kementerian Agama Kab, TTU, Terinspirasi dari buku Jesus As
A Coach, karangan
Dr Pramudianto