• Hari ini: December 22, 2024

GURU ITU SEORANG COACH?

22 December, 2024
742

GURU ITU SEORANG COACH?

(Kristo Ukat)


Kita ikuti pengertian tentang coach. Menurut Merriam-Webster Dictionary, arti coach sebagai kata benda adalah one who instructs or trains, dan sebagai kata kerja coach berarti to train intensively (as by instruction or demonstration). Dengan demikian, menurut Merriam-Webster Dictionary, coach adalah seorang yang memberikan perintah dan pelatihan. Sedangkan pengertian coaching adalah melatih secara intensif melalui perintah dan contoh atau teladan.

Dr. Pramudianto, seorang praktisi sumber daya manusia dan trainer, mencoba memberi makna yang lebih luas dari istilah ini. Coaching merupakan proses pembelajaran menyeluruh mencakup seluruh segi kehidupan. Lebih lanjut, ia menguraikan bahwa coaching bukanlah terapi, mentoring, pelatihan praktis, konsultasi maupun konseling. Coaching merupakan upaya untuk membawa seseorang kepada ”penemuan”-nya tentang arti hidup ini dan cara menjalaninya.

Menurut International Coach Federation, coaching is partnering with clients in a thought-provoking and creative process that inspires them to maximize their personal and professional potential. Artinya, coaching merupakan bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang mereka miliki melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.

Guru merupakan tenaga profesional yang memiliki tugas utama mendidik, membimbing, mengajar, mengarahkan, menilai, melatih dan mengevaluasi para peserta didik. Guru melaksanakan tugasnya agar peserta didik tumbuh dan berkembang menjadi manusia berkualitas di masa yang akan datang.

Guru merupakan seorang coach. Murid merupakan seorang coachee. Kehadiran guru harus berarti bagi muridnya, sebaliknya kehadiran murid pun harus berarti bagi gurunya. Keberartian ini terjadi untuk menjaga martabat manusia muda yang istimewa sebagai imago Dei atau citra Allah. Para manusia muda yang disebut coachee atau biasa dipanggil siswa/murid perlu dilatih, dibimbing, diarahkan untuk menemukan arti hidupnya sekaligus mengetahui cara menjalaninya.

Sebagai coach, seorang guru perlu mengetahui tiga hal dari coaching yakni kemitraan, memberdayakan dan optimalisasi. Kemitraan, hal ini berarti proses coaching berdasarkan hubungan kesetaraan antara seorang guru (coach) dan murid (coachee). Kesetaraan ini berarti tidak ada pihak yang otoritasnya lebih tinggi. Berdasarkan prinsip kemitraan dan kesetaraan, guru berfokus pada tujuan dan mendukung murid agar dapat mencapai hasil yang lebih baik dibandingkan membiarkan murid melakukan proses eksplorasi sendiri.

Memberdayakan. Inilah yang membedakan coaching dengan jenis pengembangan kepribadian lain. Proses memberdayakan pikiran, berbeda dengan instruksi, mengarahkan atau perintah satu arah saja. Pemberdayaan pikiran cenderung dalam bentuk dialog, diskusi atau tanya jawab antara seorang guru dan muridnya, yang memancing dan merangsang proses berpikir mendalam, dalam diri murid. Proses memberdayakan pikiran tersebut dapat menggali dan menginspirasi murid untuk menemukan jawaban-jawaban yang mungkin tidak mereka sadari sebelumnya.

Sedangkan dalam optimalisasi, seorang guru berusaha memastikan muridnya menemukan jawaban dari masalah atau tantangannya, dan juga memastikan cara jawaban tersebut diterapkan oleh murid dalam bentuk tindakan-tindakan nyata, yang pada akhirnya mampu mengoptimalkan potensi pribadi mereka, bergantung dalam konteks apa proses coaching itu dilakukan.

Seorang guru dalam proses coaching, membangun percakapan yang berfokus pada kebutuhan murid, memberdayakan murid sehingga murid dapat menemukan cara untuk bisa mencapai hal yang diinginkan. Pada dasarnya, coaching berbicara tentang diri sendiri, tujuan hidup, cara pembelajaran dan pertumbuhan diri.

Coaching bukan terapi. Terapi berfokus pada masa lalu untuk membawa kesembuhan dan membuka blokir seseorang agar bergerak maju. Coaching adalah masa depan dan berorientasi aksi untuk orang-orang yang pada dasarnya bersih dari masalah psikologis dan emosional.

Coaching bukan mentoring. Mentoring adalah bimbingan dari seorang yang sudah sangat menguasai hal-hal tertentu dan membagikan ilmunya kepada orang yang membutuhkan. Coaching dan mentoring berbeda. Perbedaannya terletak pada pendekatan penuntunan seorang guru kepada muridnya. Coaching, seorang guru mengajukan pertanyaan dan melakukan parafrasa, sedangkan mentoring, seorang guru memberitahu dan mengajari teori dan memberitahu caranya. Seorang coach memberdayakan, sedangkan mentor lebih pada mengontrol muridnya.

Coaching bukanlah training. Dalam pelatihan, pelatih menerapkan agenda. Perubahan berasal dari luar diri murid, melalui pelatih/guru. Sedangkan dalam coaching, seseorang dapat mengatur agenda sendiri. Guru menggunakan pembelajaran orang dewasa mengenai prinsip penemuan diri untuk memotivasi perubahan dari dalam diri muridnya. Namun seorang guru bisa sekaligus trainer dan coach karena bertugas mengajarkan muridnya, cara-cara konkrit dan langkah demi langkah agar suatu hal dapat diterapkan, dijalankan, dioperasikan, dan difungsikan sebagaimana mestinya.

Coaching bukanlah counselling. Konseling sangat bertolak belakang dengan couching bila dilihat dari orientasi pembimbingan. Coaching berorientasi ke depan yaitu bagaimana seseorang dibimbing, diaragkan dan diajarkan demi pengembangan dirinya. Sedangkan konseling mengarag ke belakang, bagaimana seseorang yang sedang mengalami masalah kepribadian dibantu ke arah kesembuhan dan pemulihan.

Guru merupakan seorang coach. Sebagai coach, seorang guru membantu muridnya mengambil tanggung jawab untuk kehidupannya dan bertindak untuk memaksimalkan potensi dirinya. Maka seorang guru harus menguasai seni bertanya sebagai ganti dari memberi nasehat kata.

Yesus adalah seorang coach. Ia sering menanyakan pertanyaan-pertanyaan kepada murid-Nya. Ketika menghadapi pertanyaan, Yesus sebagai Guru, sering menjawab dengan perumpamaan sebagai teknik coaching untuk menstimulasi pemikiran kritis dari para murid-Nya, dengan melibatkan pendengar-Nya dalam scenario dan mengajukan kepada mereka pertanyaan langsung di awal sebuah perumpamaan.

Perumpamaan orang Samaria yang baik merupakan contoh yang baik karena perlu pemikiran lebih mendalam untuk memahami maksudnya. Lukas 10:25-37 menguraikan sesuatu yang dilakukan Yesus sebagai coach: Pada suatu kali, berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: ‘Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?’ Jawab Yesus kepadanya: ’Apa yang tertulis dalam Hukum Taurat? Apa yang kau baca di sana?’ Ini adalah Langkah pertama pembukaan dalam dinamika sosial dari tantangan dan respon. Ahli Taurat berharap bahwa Yesus akan memberikan jawaban yang tidak memuaskan terhadap pertanyaan itu atau setidaknya yang lebih rendah dari yang diharapkan.

Yesus menutup percakapan ini dengan sesuatu yang luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa ahli Taurat belum menjalankan Hukum Taurat dengan benar sesuai dengan kehendak Bapa. Yesus tidak memberitahu Ahli Taurat mengenai hal yang harus dilakukan. Sebaliknya, Ia mengajukan pertanyaan untuk menciptakan jawaban yang bisa ia Yakini dan memotivasi dirinya untuk bertindak berdasarkan ide-idenya.

Yesus ingin agar setiap pengikut-Nya memahami Firman Tuhan dengan benar karena hal itu berpengaruh bagi hidup para murid di kekekalan nanti. Yesus menggunakan pertanyaan yang memancing pemikiran untuk membangkitkan pemahaman yang benar pada diri setiap pengikut-Nya. Metode yang Yesus lakukan itu disebut coaching.

Dengan demikian, seorang guru merupakan coach. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru haruslah memperhatikan coaching sebagai proses melengkapi orang dengan alat-alat, pengetahuan dan kesempatan yang dibutuhkan oleh para murid untuk mengembangkan diri dan menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu, seorang guru dalam menjalankan coaching, bisa disebut sebagai seni membantu muridnya untuk meningkatkan efektivitas para murid dengan cara-cara di mana para murid merasa ditolong. Seorang guru dalam melaksanakan coaching, sedang melakukan pemberdayaan, pendampingan secara tidak langsung kepada muridnya dan memimpinnya dari belakang agar muridnya tumbuh dan berkembang menjadi dirinya sendiri yang penuh daya dan bisa memberdayakan.

Pertanyaan, apakah guru itu seorang coach? Berdasarkan pertanyaan tersebut, jawabannya bukan lagi berupa pertanyaan. Jawabannya adalah Ya. Seorang guru adalah seorang coach karena ia dapat mendengarkan, mengajukan pertanyaan, memotivasi dan memfasilitasi serta memberi kesempatan kepada muridnya untuk memimpin, sebagaimana Yesus mengajari para murid-Nya dan mengutus mereka berdua-dua dalam pewartaan dan hasil pengajaran para murid berdampak pada bertambahnya para pengikut dan para murid menjadi orang yang Tangguh dalam berbagai situasi termasuk berani menempuh Jalan Salib.

 

Diberikan kepada para guru Agama Katolik di Kantor Kementerian Agama Kab, TTU, Terinspirasi dari buku Jesus As A Coach, karangan Dr Pramudianto

Tag