• Hari ini: December 22, 2024

BAHASA ALAM SELAMA PERJALANAN APOSTOLIK PAUS FRANSISKUS

22 December, 2024
177

BAHASA ALAM SELAMA PERJALANAN PASTORAL PAUS FRANSISKUS

 

    Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik seluruh dunia, baru saja menyelesaikan perjalanan apostoliknya ke empat negara di wilayah timur yakni Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste dan Singapura. Perjalanan ini merupakan perjalanan apostolik terjauh selama masa kepemimpinan beliau, dan meninggalkan berbagai kisah menarik di berbagai tempat yang dikunjunginya.

    Tulisan ini merupakan sebuah permenungan kecil dengan harapan dapat memberi sudut pandang baru tentang bahasa alam saat kunjungan pastoral tersebut. Selama perjalanan apostoliknya, Paus Fransiskus seolah bertegur sapa dengan sesama ciptaan, mulai dari manusia, binatang dan juga tumbuhan. Alam seolah bersorak gembira serentak menyapa Paus Fransiskus dan sebaliknya Paus Fransiskus seolah menyapa, bukan hanya manusia tetapi juga binatang dan tumbuhan. Bahasa alam yang muncul seperti memberi alarm yang berhubungan erat dengan dua ensiklik yang dikeluarkannya yakni Laudato Si dan Fratelli Tutti.

    Kita dapat melihat keterhubungan dua ensiklik tersebut dengan moment sapa-menyapa sesama makluk hidup ciptaan Tuhan yakni manusia, binatang dan tumbuhan. Perjalanan apostolik Paus Fransiskus seolah sedang memperdengarkan keindahan lagu ‘Alam Raya Karya Bapa’ yang biasanya dinyanyikan umat Katolik pada Hari Raya Kristus Tuhan, Raja Semesta Alam. Alam raya karya Bapa bagi manusia. Megah dan perkasa, subur serta kaya hingga seluruh bangsa memuji pada-Nya, hosana pada Allah Bapa. Manusia ciptaan-Nya namun dicintanya. Walaupun durhaka, tak ditinggalkan-Nya hingga seluruh bangsa memuji pada-Nya, hosana pada Allah Bapa. Putra Tunggal diutus-Nya membebaskan kita. Wafat bagi kita, namun bangkit pula hingga seluruh bangsa memuji pada-Nya, hosana pada Allah Bapa.

    Kita mulai dari tumbuhan. Tumbuhan yang dimaksudkan adalah rumput-rumput hijau di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Saat misa akbar yang dipimpin oleh Paus Fransiskus di Stadion tersebut, ratusan ribu umat mengelilingi bentangan rumput-rumput hijau tersebut. Pemandangan hijau tersaji begitu indah di tengah kerumunan umat yang hadir. Segala rumput seolah riang gembira serentak menyajikan panorama hijau penuh harapan. Rumput terjaga hijau nan indah tanpa terinjak oleh satu orang pun. Rumput-rumput hijau indah itu mewakili aneka spesies tumbuhan lain. Misa yang dipimpin Paus Fransiskus di tengah ratusan ribu umat yang mengelilingi rumput hijau mengisyaratkan bahasa alam yang menggugah nurani akan dua hal yakni kesejahteraan alam dan dampak kerusakan lingkungan.

    Kesejahteraan alam. Rumput, yang merupakan bagian integral dari ekosistem. Ensiklik Laudato Si menekankan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Rumput sebagai elemen vital dalam siklus ekologis berperan dalam penyerapan karbon dioksida, penyedia makanan bagi banyak spesies, dan pencegah erosi tanah. Dalam hal ini, Laudato Si yang mengusung tema ekologi integral menegaskan betapa pentingnya perlindungan terhadap semua elemen ekosistem, termasuk rumput, untuk keseimbangan dan kesehatan bumi kita. Bumi sebagai rumah milik kita bersama termasuk rumput dan aneka spesies tumbuhan lainnya. Semua bunga ikut bernyanyi, gembira hatiku segala rumput pun riang ria, Tuhan sumber gembiraku. Semua jalan di dunia, menuntunmu ke surga, desiran angin nan mesra, mengayunmu ke surga.

    Di samping semua rumput bergembira ria dalam kehijauannya, ada alarm penting lain yang harus dilihat yakni dampak kerusakan lingkungan. Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, bisa jadi sebuah momen penting untuk menyoroti isu-isu lingkungan, seperti deforestasi, pencemaran lingkungan dan penebangan hutan secara liar yang berdampak besar pada habitat rumput dan tumbuhan-tumbuhan lainnya. Tanah Timor dalam kegersangannya seolah mengisyaratkan kerinduan dan harapan kehidupan yang nyata termasuk membereskan sampah. Kerapihan dan kebersihan menjadi bagian dari gerakan cinta lingkungan. Kehijauan tidak boleh diganti dengan kegersangan. Merawat bumi sebagai rumah kita bersama, merupakan kewajiban moral kita seperti yang ditunjukkan usai misa akbar, ada kelompok sampah dari pihak pemerintah maupun Gereja, bekerja bersama-sama untuk memungut sampah agar rumput dan segala jenis tumbuhan lain tetap terjaga dan terawat serta lingkungan menjadi indah tanpa tercemar polusi dan sampah.

    Alam berbahasa juga melalui binatang. Inilah hal kedua yang perlu mendapat perhatian. Binatang yang dimaksudkan adalah munculnya burung merpati dan burung-burung lain saat Paus Fransiskus bertemu Presiden Jokowi di Istana Negara Jakarta dan saat penjemputan Paus Fransiskus di Timor Leste serta saat misa akbar di Tasi Tolu Timor Leste. Burung merpati tidak hanya hinggap di mobil Paus Fransiskus tetapi juga muncul sekawanan burung lain membentuk formasi lingkaran disaksikan oleh ratusan ribu umat yang hadir, usai misa akbar di Tasi Tolu. Alam berbahasa tentang kehidupan satwa dan keseimbangan ekosistem di hadapan Paus Fransiskus dan umatnya.

    Burung sebagai bagian dari rantai makanan dan penyeimbang ekosistem juga mendapatkan perhatian dalam Laudato Si. Burung mempengaruhi penyebaran biji dan kontrol serangga, serta berkontribusi pada kesehatan lingkungan secara keseluruhan. Ensiklik ini menekankan perlunya menjaga habitat alami burung agar mereka dapat menjalankan fungsi ekologisnya dengan baik.

    Selain itu, burung merpati yang hinggap di mobil Paus Fransiskus saat beliau menyapa umatnya di Timor Leste termasuk terbangnya burung-burung membentuk formasi lingkaran usai misa akbar di Tasi Tolu-Timor Leste, ingin memberitahukan kepada Paus Fransiskus dan umat yang hadir tentang kerentanan terhadap perubahan. Burung mungkin juga merasakan dampak langsung dari perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Penebangan hutan secara liar membuat tanah menjadi gersang serentak merusak tempat hidup burung dan satwa lainnya. Kunjungan Paus Fransiskus dan pesannya dalam Laudato Si bisa membawa kesadaran tentang pentingnya perlindungan terhadap habitat burung dan segala spesies binatang serta upaya konservasi. Seperti dalam Gereja Katolik, merpati sebagai lambang kehadiran Roh Kudus, yang senantiasa berhembus ke mana saja untuk memelihara dan menghidupkan sekaligus menggerakkan semua manusia untuk memelihara dan merawat bumi sebagai rumah milik bersama sesama ciptaan.

    Hal berikut yang disorot yakni manusia. Selama kunjungan Paus Fransiskus di empat negara tersebut menghadirkan perasaan simpati dan empati yang luar biasa dari ribuan umat, baik Katolik maupun non Katolik.  Alam berbahasa lewat kehadiran manusia dengan berbagai perasaan dan reaksi. Paus Fransiskus berinteraksi dengan sekian banyak umat yang berada di empat negara tersebut termasuk mereka yang berkebutuhan khusus. Ada yang mencium tangan Paus sambil menangis, ada yang membuat tanda salib meski hanya melihat Paus dari kejauhan. Ada yang minta untuk diberkati termasuk bayi yang ada dalam kandungan. Ada yang hanya menonton kegiatan kunjungan Paus dari media sosial dan TV, serta masih banyak kisah lainnya. Ada kerinduan dan cinta yang hidup antara bapak dan anak.

    Solidaritas, persaudaraan, kedamaian dan keadilan sosial. Dalam Fratelli Tutti, Paus Fransiskus menekankan pentingnya solidaritas global dan persaudaraan untuk menciptakan perdamaian dan keadilan sosial. Dia mengajak umat manusia untuk bekerja sama dalam mengatasi tantangan global seperti ketidakadilan ekonomi dan sosial. Kunjungan ke Indonesia dan negara-negara lainnya membawa serta pesan kesederhanaan dan kebersahajaan yang hidup, solidaritas, persaudaraan dan keadilan sosial di hadapan berbagai tantangan dunia masa kini seperti hedonisme, konsumerisme dan lain sebagainya.

    Selain itu pesan lain yang ingin diangkat yakni pendidikan dan kesadaran. Paus Fransiskus juga menggarisbawahi perlunya pendidikan dan kesadaran mengenai persaudaraan, perdamaian, saling menghargai dan menghormati serta keadilan sosial. Kunjungan ke Indonesia dapat membantu meningkatkan kesadaran publik mengenai pentingnya keberlanjutan dan integritas kehidupan, serta mempromosikan tindakan konkret untuk melindungi bumi sebagai rumah ramah kehidupan serta meningkatkan kesejahteraan manusia.

    Terakhir itu hujan. Hujan menjadi salah satu elemen yang menciptakan momen yang sangat berkesan. Saat kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, hujan deras mengguyur Jakarta sesaat Paus Fransiskus akan memimpin misa akbar di Stadion Gelora Bung Karno. Kehadiran hujan sebagai Bahasa alam pada momen ini dapat dilihat sebagai simbol berkah dan penyucian. Hujan yang turun memberikan nuansa yang lebih mendalam dan reflektif. Umat diajak untuk mengheningkan cipta sambil mendaraskan doa 10 kali Salam Maria. Sejumlah besar imam dan umat yang sudah sempat mengenakan mantel dan pakaian hujan, akhirnya membukanya kembali dan siap mengkuti misa akbar tersebut karena hujan pun redah.

    Hujan menjadi bagian dari pengalaman spiritual dan emosional bagi banyak umat yang hadir, serentak menggarisbawahi kekuatan pesan perdamaian dan persatuan yang disampaikan oleh pemimpin gereja yang ramah dan murah senyum itu.

    Akhirnya, kunjungan Paus Fransiskus dan ensikliknya menggarisbawahi hubungan yang erat antara manusia, lingkungan, dan ekosistem. Pesan-pesan tersebut mendorong kita untuk lebih sadar akan dampak tindakan kita terhadap alam dan lingkungan sebagai sesama makhluk hidup, serta mengajak kita untuk berkolaborasi dalam menciptakan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan. Allah berbahasa melalui alam, dan manusia diajak lewat kunjungan Paus Fransiskus untuk bertanggung jawab menjaga, memelihara dan melestarikan, untuk menciptakan surga di atas bumi yang kita pijak ini. Semua demi kemuliaan Allah. (KU)

Tag