Ketika pertikaian Israel-Hamas berkobar, banyak orang
mencoba memahami perbedaan antara atisemitisme dan anti-Zionisme. Antisemitisme
adalah sikap prasangka atau permusuhan terhadap orang Yahudi dan telah ada
selama berabad-abad. Sedangkan anti-Zemitisme, secara umum dapat didefenisikan
sebagai perlawanan terhadap keberadaan negara Israel.
1. Antisemitisme
Orang Yahudi telah menghadapi prasangka, permusuhan dan penganiayaan selama berabad-abad. Selama Perang Dunia II, enam juta orang Yahudi dibunuh oleh Nazi atau kaki tangan mereka dalam peristiwa yang dikenal dengan Holokaus.
Sikap antisemitisme di dunia modern ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk, antara lain teori-teori konspirasi tentang kontrol Tahudi terhadap sistem keuangan global dan media, serangan terhadap sinagoga, pelecehan verbal atau ujaran kebencian, dan meme-meme yang menghina di berbagai media.
Terkadang, orang-orang dengan sudut pandang berbeda mengenai Israel akan tidak setuju, apakah komentar atau opini tertentu bersifat antisemit atau tidak. Seringkali diskusi-diskusi itu melibatkan Israel dan istilah ‘Zionisme’.
2. Anti-Zionisme
Zionisme dimulai sebagai sebuah gerakan politik di Eropa pada akhir abad ke-19. Gerakan ini berupaya untuk membentuk sebuah negara Yahudi di tanah yang dikenal sebagai Palestina, yang juga dikenal oleh orang Yahudi sebagai Tanah Israel kuno.
PBB merekomendasikan pembagian Palestina menjadi negara Yahudi dan Arab, dan pada tahun 1948, negara Israel dideklarasikan.
Namun, banyak orang Arab yang tinggal di Palestina dan sekitarnya menentang pembentukan negara Israel itu, menganggapnya sebagai pengingkaran terhadap hak-hak Arab.
Biasanya di masa sekarang, mereka yang mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari gerakan Zionis, percaya pada perlindungan dan pengembangan Israel sebagai negara Yahudi.
Terdapat variasi dalam Zionisme, misalnya beberapa Zionis percaya Israel mempunyai hak atas beberapa area di luar wilayahnya. Zionis lainnya tidak setuju. Mayoritas orang Yahudi adalah Zionis, meskipun sebagian kecil menentang Zionisme, baik karena alasan agama maupun politik. Orang-orang non-Yahudi juga bisa menjadi Zionis.
Anti-Zionisme secara umum didefenisikan sebagai bentuk perlawanan terhadap keberadaan negara Israel.
Kritik-kritik Zionis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah Israel, seperti pendudukan Tepi Barat, jalur-jalur pembatas (yang dibangun Israel di dalam dan sekitar Tepi Batar, yang disebut bertujuan untuk keamanan dari penyerang Palestina, meskipun para pendukung Palestina melihat itu sebagai alat perampasan tanah) dan pembangunan pemukiman.
Dalam beberapa kasus, ketika orang-orang mengkritik Israel dengan tajam, sulit untuk mengetahui apakah kritik tersebut dimotivasi oleh sikap antisemitisme atau tidak.
Hal ini menimbulkan tuduhan bahwa anti-Zionisme yaitu penolakan terhadap negara Tahudi, hanyalah sebuah bentuk antisemitisme modern. Aliansi peringatan Holokos Internasional mengatakan beberapa klaim dan tuduhan terhadap Israel merupakan antisemitisme.
Mereka yang menolak gagasan ini mengatakan bahwa argumen ini digunakan sebagai alat oleh para pendukung Israel untuk membungkam kritik yang masuk akal terhadap Israel, dengan menggambarkan kritik tersebut sebagai rasis.
Beberapa orang mengatakan bahwa Zionis dapat digunakan sebagai serangan berkode terhadap orang-orang Yahudi. Sementara yang lain mengatakan pemerintah Israel dan para pendukungnya sengaja mengacaukan anti-Zionisme dengan antisemitisme untuk menghindari kritik.