• Hari ini: December 22, 2024

MEMAKNAI MASA ADVEN SEBAGAI MOMENTUM PERUBAHAN DIRI

22 December, 2024
182

MEMAKNAI MASA ADVEN SEBAGAI MOMENTUM PERUBAHAN DIRI

Ronny Manas

Umat katolik baru saja memasuki minggu pertama masa adven. Waktu khusus yang menandai persiapan umat katolik menyongsong hari natal. Secara harafiah, kata adven berasal dari bahasa latin, adventus yang berarti datang atau kedatangan. Secara etimologis, masa adventus adalah momentum menanti kelahiran Yesus. Umat katolik menjalani kesempatan ini sebagai masa istimewa untuk mempersiapkan diri sebagai tanggapan praktis terhadap tawaran keselamatan ALLah.

Merujuk pada laman Kristen Katolik, masa adven berlangsung selama empat pekan berturut – turut menjelang natal. Selain persiapan hati, terdapat aktus konkrit yang dibuat seperti pemasangan lingkaran adven (Adven Wreath) berupa karangan bunga.Lingkaran adven diimani sebagai simbol kehidupan yang berkelanjutan, tanpa awal dan akhir. Biasanya lingkaran adven dibuat dari dedaunan hijau segar berupa cemara yang melambangkan kehidupan Kristus yang mati namun hidup Kembali untuk selamanya. Di dalam lingkaran adven terdapat 4 batang lilin yang terdiri dari 3 lilin adven berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah muda. Keempat minggu adven yang ditandai dengan lilin yang dinyalakan setiap minggu, mengandung pesan dan makna masing – masing.

Minggu adven pertama; salah satu lilin berwarna ungu dinyalakan. Minggu adven pertama mengingatkan tentang kedatangan Yesus Kristus Sang Penebus dan mengandung pesan harapan. Bahwasannya, masa adven sebagai masa penantian kadatangan Yesus, harus dijalani dan dimaknai menumbuhkan harapan akan penggenapan janji Allah lewat kelahiran Yesu. Sembari itu, umat katolik diharapkan mempersiapkan diri melalui tindakan rekonsiliatif agar layak menyambut Yesus Sang Bayi natal.

Minggu adven kedua dan lilin ungu kedua dinyalakan, memiliki arti sebagai kesetiaan dan cinta. Hal ini mengingatkan umat katolik yang sedang menanti agar mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan dengan hati yang setia dan penuh cinta. Lilin adven kedua disebut sebagai Bethlehem yang berarti Yesus Kristus Juruselamat akan lahir di dalam hati setiap orang yang menantikanNya.

Pada Minggu adven ketiga, lilin berwana merah muda dinyalakan. Minggu adven ketiga mengingatkan tentang sukacita. Bahwa, umat katolik yang sedang mempersiapkan dan menanti kedatangan Sang Juruselamat, harus memiliki hati yang bersukacita karena yang dinantikan semakin mendekat.

Minggu adven keempat dengan keempat lilin bernyala menandakan perdamaian yang mengingatkan tentang kemuliaan Tuhan yang tidak pernah terlambat menggenapi janjiNya lewat kelahiran Yesus. Makna dan pesan iman dari keempat minggu adven di atas merujuk satu pesan penting yakni tentang perubahan diri yang menuntut rekonsiliasi diri untuk menata hati sebagai istana lahirnya sang Juruselamat.

Masa Adven Sebagai Momentum Perubahan Diri

“Tempora mutantur et nos mutamur in illis” waktu berubah dan kita ikut berubah di dalamnya. Pepata klasik ini sejalan dengan apa yang dikatakan Herakleitos tentang perubahan. Bahwa tidak ada yang tetap di dalam alam semesta ini kecuali perubahan itu sendiri (segala sesuatu mengalir). Senada dengan dengan itu, orang China Kuno bahkan meyakini perubahan inti dari alam semesta. Hal ini mengafirmasi perubahan sebagai suatu dimensi niscaya bagi manusia dengan syarat perlu adanya komitmen untuk berubah dari manusia secara jujur dan ikhlas.

Komitmen untuk berubah, tentu hanya akan menjadi frase sederhana tanpa arti jika tidak melibatkan peran hati dan pikiran.Oleh karena itu, langkah menciptakan perubahan esensial adalah perubahan ala katolik. Sebagaimana terkandung dalam makna masa adventus di atas, perubahan katolik mensyaratkan hati sebagai sumber dari perubahan diri. Bahwa perubahan diri dapat terjadi ketika didasari sikap pertobatan yang dimulai dari perubahan pikiran lantas diwujudkan dalam tindakan nyata (Bdk.Lukas 3:8-14, Kisah Para Rasul 3:19). Secara biblis, Kitab Suci Perjanjian Lama, menyebut kata tobat dengan sebutan “Shub” yang berarti berubah haluan, datang lagi, Kembali pada langkah–langkahnya, berputar arah, meninggalkan cara hidup lama dan mengambil jalan sesuai perintah Tuhan sebagai cara hidup baru. Aktus berbalik arah atau berputar arah dan meninggalkan cara hidup lama harus dijiwai oleh semangat berharap yang dipahami sebagai motivasi yang dapat membangkitkan semangat manusia dalam menggapai apa yang diinginkan. Pada sisi lain, harapan pun dapat diyakini sebagai daya pacu yang menggiatkan manusia dalam meraih sesuatu.

Namun, harapan tidak dapat dijadikan sebagai dimensi tunggal dalam menciptakan perubahan diri. Harapan membutuhkan cinta sebagai panggilan hidup dan dasar dari perubahan diri. Bahwasannyam ciinta sebagai panggilan hidup niscaya mengalaimi proses eksistensialis yang melibatkan kerelaan, penerimaan, keterlibatan serta kesetiaan hati.  Dengannya niscaya mendatangkan perubahan diri yang bermuara pada kedamaian.

Oleh karena itu, masa adventus sungguh–sungguh dijalani sebagai proses eksistensialisasi diri bukan sebagai kewajiban religi yang ritmis belaka. Masa adven harus dimaknai sebagai ‘ruang kemungkinan’ yang di dalamnya terjadi proses mengubah pola pikir dan tindakan lama. Kemudian daripada itu, mengambil langkah baru yang dimulai dengan pertobatan, harapan dan cinta. Langkah pertobatan, harapan dan cinta harus ditunjukkan lewat kerelaan menerima sesama sebagai aku yang lain; ketulusan untuk terlibat dalam peristiwa sesama sebagai aku yang sosialis dan keiklasan memberi sebagai wujud mencintai Tuhan secara dekat.Selaras dengan itu, melibatkan Tuhan sebagai sumber perubahan sejati. Dengan demikian masa adven sungguh menjadi momentum perubahan diri dan layak menjadi Bethlehem bagi kelahiran Yesus Sang Juru selamat. Mari menanti dalam semangat perubahan diri.