SELESAILAH SUDAH, WAKTU MENJADI PENGUJI TERBAIK
Hari pemakaman mama Regelinda Hoar tiba. Jenazahnya telah disemayamkan di depan altar, dalam Gereja Santo Mikhael Biudukfoho. "Bahagia abadi brikan dia Ya Tuhan dan terang ilahi menyinari dia," begitu syair lagu pembuka mengiringi langkah Romo Engel bersama rekan-rekan imam lainnya berarak menuju altar Tuhan dengan mengenakan kasula dan stola ungu.
Romo Engel memimpin perayaan Ekaristi ini untuk mamanya. Di hadapan sekian banyak umat yang memadati kursi-kursi dalam Gereja Santo Mikhael ini, imam muda ini mengenang kembali momen indah Triduum yang menjadi persiapan menyongsong hari tahbisannya. Ia bercerita, 'saat itu kami sedang merefleksikan tema tentang rahim ibu. Saya, bapak dan mama diberi kesempatan untuk ada bertiga dalam satu kamar. Saat itu mama dan bapak memeluk saya. Mama katakan: ini keputusanmu untuk berjalan, maka berjalanlah terus. Mama katakan itu sambil memeluk saya. Ternyata itu pelukan terakhir mama untuk saya.'
Romo Engel menceritakan semua ini dengan tegar sambil mengajak semua orang, 'mari kita doakan ibunda terkasih mama Regelinda dalam perjalanannya menuju Rumah Bapa di surga.' Hati yang teguh ditampakkan oleh Rm Engel untuk mamanya. Doa dipanjatkan bagai asap dupa yang membubung tinggi di depan altar Tuhan dilantunkan oleh sang imam muda yang merupakan anak bungsu sekaligus putra tunggal mama Regelinda. Selamat jalan mama.
Di hadapan Tuhan, mama Regelinda telah memberikan derma terindah untuk Tuhan. Bila orang lain memberi derma berupa anflop, barang dan lain sebagainya untuk Gereja, mama Regelinda justru mendermakan anak bungsunya sekaligus putra tunggalnya dari tiga bersaudara di dalam rumah keluarganya untuk Tuhan. Derma ini menjadi persembahan yang hidup untuk memuliakan nama Tuhan. Mama Regelinda, seolah sadar betul bahwa Tuhan yang memberi, Tuhan pula yang mengambilnya. Maka kepada Tuhan, terpujilah nama Tuhan, karena mama telah memberi yang terbaik dari keluarganya.
November kemarin, mama masih ada. November kemarin, mama masih mendampingi Romo Engel melakukan berbagai persiapan menuju hari tahbisannya. November kemarin, mama masih bersama bapak mendampingi Romo mengantar berbagai perlengkapan liturgi untuk diberkati oleh uskup. November kemarin, mama masih memeluk Romo di saat Triduum. November kemarin, Romo masih meletakkan tangan di atas kepala bapak dan mama pada saat latihan terakhir. Kini sudah masuk Desember, semuanya telah berubah karena mama telah pergi memuliakan Tuhan untuk selama-lamanya setelah memberikan derma yang hidup untuk Gereja.
Selesailah sudah, begitu kata Yesus dari atas salib. Mama telah memberi derma terindahnya dan menunjukkan cinta yang besar sampai mati, dan tidak sempat menyaksikan anak tunggalnya ini berdiri di atas altar sebagai imam. Altar, tempat kurban. Mama telah mengantar anaknya menuju tempat kurban dengan mengurbankan dirinya sendiri, sekaligus mengatakan kepada semua orang sebagai seorang legioner, ia berkata: Jiwaku memuliakan Tuhan, hatiku bersuka ria karena Allah Juru Selamatku.
Selesailah sudah, dan sang waktu telah tampil sebagai penguji semuanya itu. Waktu sebagai kronos, urutan waktu. Sekian puluh tahun mama Regelinda hidup, bergerak dan ada. Sekian puluh tahun mama Regelinda hidup bersama suaminya. Sekian tahun lamanya, mama Regelinda membimbing dan menuntun anak-anaknya untuk tumbuh dan berkembang mulai dari si sulung sampai si bungsu, sang putra tunggal yang baru ditahbis menjadi imam. Kronologi hidup manusia, ternyata ada batasnya. Mama Regelinda mengalami waktu kairos, saat keselamatan. Ia dipanggil Tuhan untuk hidup abadi sehari sebelum tahbisan anaknya. Waktu Tuhan tetap menjadi yang terbaik. Waktu telah tampil sebagai penguji terbaik kehidupan.
Ada keselamatan supaya manusia selamat. Selamat jalan dan selamat datang. Semuanya telah berakhir, semuanya akan dimulai. Yang telah pergi, selamat menempuh hidup baru; yang datang, selamat berjuang. Kini dan di sini, semua memerankan tugasnya di atas pentas pergolakan hidup.
Adven pertama sudah dimulai. Tuhan akan datang pada waktu yang tepat, berjaga-jagalah selalu, agar kedatangannya tidak mendapatkan seorang pun dalam keadaan sedang tidur tetapi sedang berjaga dan berbuat baik. Terima kasih mama. Maranatha, Tuhan datang. Selamat berjuang Romo Engel, jadilah imam hingga kekal. Dia telah memulai, dia pulalah yang akan mengakhirinya. Terpujilah nama Tuhan. Amin.
Adven pertama, ujung kamar, hutan keramat, ketika sedang mendung, 3 Des 2023