• Hari ini: December 22, 2024

SEPINTAS KISAH MASTER OF CEREMONY

22 December, 2024
366

SEPINTAS KISAH MASTER OF CEREMONY

    Jam pada layar HP menunjuk pukul 03:00 WITA. Aku tersadar dan bangun dari tempat tidur bertingkat itu, akibat keributan yang terjadi di dalam asrama. Aku merapikan wajah di depan cermin yang berada di depan, dekat pintu keluar. Aku menepuk-nepuk pipiku seakan-akan tidak percaya entah apa yang akan terjadi sebentar lagi.

    Hatiku dag-dig-dug, berkali-kali hingga merasa gugup. Tanpa pikir panjang aku melangkahkan kaki menuju tempat keramaian itu. Setengah jam saja selesai membersihkan diri, lalu mulai mempercantik diri. Rambut keriting sebagai mahkotaku dipintal jadi dua, baju oblong berwarna putih, celana kain hitam panjang yang dilengkapi dengan sepatu cats putih ala Korea.

    Aku kembali menatap wajah di balik cermin itu. "Tidak mimpi to ini?" kataku dalam hati. Aku berusaha menenangkan diri, dengan berdoa rosario sambil menghitung-hitung jari. Tidak kusadari lima puluh kali Salam Maria selesai kudaraskan. Aku melangkahkan kaki lalu keluar dari bangunan tua berwarna merah maron itu. Semua orang yang ada di sekelilingku tidak percaya akan penampilanku di sore itu. Aku pun tersenyum dan melangkah lagi. Aku mondar mandir sambil menghafal kata-kata yang akan diucapkan pada saat acara nanti.

    Tanpa kusadari, ada seseorang yang berpenampilan sama denganku, lari menghampiriku dengan mengenakan baju putih, celana kain panjang berwarna hitam dan juga sepatu chats putih dipadu jas hitam dan lempeng hitam di atas rambutnya. Aku hampir tidak mengenalinya. Dia adalah sahabatku,bernama Mayang.

    Dia tersenyum padaku dengan maksud untuk meyakinkanku kalau semua akan baik-baik saja. Ia menarik tanganku memasuki sebuah ruangan kecil lalu menyampaikan maksudnya. " Desy saya tidak minta apa-apa, yang penting kita berdua berusaha memberikan yang terbaik, itu sudah lebih dari cukup," katanya saat di ruangan itu. Aku menghela nafas dalam-dalam sambil menghembuskannya perlahan-lahan.

    Aku meyakinkan diri kalau semua akan baik-baik saja. Tepat pukul 19.05 acara malam itu pun dimulai. Kami berdua mulai berperan sebagai Master of Seremony (MC), untuk melancarkan seluruh rangkaian acara malam hari itu. Kami berdua maju diiringi lagu "Wae Picah". Berdiri di atas panggung dengan sorotan mata banyak yang memandang dari berbagai sudut. Kami membukanya dengan salam, sapa, basa-basi, perkenalan dengan humor yang membuat penonton tertawa ria.

    Aku dan Mayang mulai memperkenalkan diri, sambil menambah embel-embel daerah asal, sebagai anak gunung, jalan bebatuan. Lanjutku.... bersama rekan saya, Mayang, anak pantai dari perbatasan RDTL. Perkenalan singkat. Kami berdua mulai percaya diri, dan yakin kalau semuanya baik adanya.

    Ketika tema acara disebut, "Rumah Kita Bersama, " lampu dipadamkan, tirai ditutup, lalu barisan masuk dengan masing-masing memegang sebatang lilin, pertanda sebentar lagi bulan Oktober sebagai bulan Rosario akan berakhir. Dalam barisan yang panjang itu pula, diiringi dengan lagu Ave Maria juga dinyanyikan dengan  keheningan. Lagu selesai, barisan turun, lampu dinyalakan dan tanpa basa-basi pembawa acara pertama masuk dengan tepuk tangan yang meriah dari para peserta yang hadir, begitu ikut-ikutan hingga selesai dengan baik.

    Semoga kebahagiaan tercurah bersamaan dengan acara malam itu. Malam itu menjadi malam yang begitu indah, menjadi kisah awal di mana aku menjadi orang yang berani tampil tanpa ragu-ragu, hanya berharap pada Tuhan semoga memberikan yang terbaik.

    Dan benar, semua berjalan seturut harapan kami. Melakukan sesuatu yang dimulai dengan berbagai persoalan yang kadang berusaha untuk menggagalkannya.

    Namun, dengan keyakinan dan tekad yang kuat, semua berjalan dengan baik. Yang terpenting orang harus percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk setiap orang yang ingin berjuang melakukan kebaikan. (DMC)