PERANTAU
Pengalaman membuat saya mengerti tentang banyak hal. Mengerti hidup yang sesungguhnya ketika berada jauh dari orang tua. Pengalaman itu mengubah saya menjadi dewasa. Dewasa dalam berpikir, bersikap dan dewasa dalam mengambil keputusan serta menghadapi resiko.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tidak terasa sudah 6 bulan saya lalui. Canda, tawa, susah dan senang datang silih berganti. Itulah seni hidup. Sekian lama saya bergulat bersama para para biarawan di tempat asing. Kesendirian, kesunyian selalu saya rasakan dalam hidup. Betapa sulitnya memperjuangkan hidup ini. Betapa sulitnya saya menyesuaikan diri di tempat asing ini. Tidak ada saudara, tidak ada keluarga dan sahabat. Dalam keadaan seperti ini, saya bingung, saya ragu dalam menjalani hidup ini sendiri. Dalam hal kecil, saya bertanya, mampukah saya menjalani semua ini?
Kasih sayang kini tidak ada lagi dari orangtua dan sanak saudaraku. Saat ini, saya dituntut untuk bisa mencari dan menemukan kasih sayang dari para biarawan. Tanpa kasih sayang dari keluarga, saya harus bisa menentukan hidup saya sendiri. Ternyata hidup ini tidak segampang membalikan telapak tangan. Dengan segala kesederhanaan, saya mulai melalui hidup ini. Walaupun sederhana tetapi saya selalu berusaha menikmati hidup.
Kini, kenyataan mulai berbalik, saya harus membuat segala sesuatu yang tidak ada menjadi ada demi hidup dan masa depanku. Saya dituntut bersama para biarawan itu untuk bisa bertahan dalam hidup.
Sekian lamanya saya bergulat dengan pikiran ini. Pada akhirnya, saya mulai mendesain ulang perjalanan hidupku. Berteman dengan sebuah buku dan bulpen, saya mencoba menulis dan merefleksi hidupku. Seketika saya teringat akan kata-kata ibu yang sangat sederhana, yang pernah kudengar. "Di dalam menjalani hidup ini janganlah memikul beban yang lebih besar, karena hidup ini harus lebih besar dari pada beban".
Berdasarkan kata-kata ini, saya sadar dan mulai menjalani kehidupanku yang baru. Perlahan-lahan saya mulai mengejar semua ketertinggalanku. Saya berjuang dan akhirnya mengerti, ternyata hidup ini tidak sesulit yang saya bayangkan. Saya menikmati hidup apa adanya, menjalani apa adanya dan mensyukuri semua yang telah diberikan Tuhan kepadaku. Saya mulai membangun interaksi yang baik dengan sesama, mencintai sesama, mencintai pekerjaan, dengan mengedepankan ketekunan, disiplin, kejujuran, dan kesetiaan. Di sinilah, saya menemukan ketenangan dan kebahagiaan.
By: Agnes Moti