KOLKITA-Yogyakarta, Ikatan Keluarga Malaka Yogyakarta (IKAMAYO) memeriahkan panggung Festival Budaya Indonesia Timur dengan menampilkan tarian bidu 7 (tujuh) bidadari yang menggemparkan panggung dan seluruh penonton di Lapangan Panahan Kenari Yogyakarta, Minggu (02/05/24).
Dalam acara Festival Budaya yang diadakan oleh Sc. PERMAINTI, panitia menghadirkan putera dan puteri Malaka yang berada di Yogyakarta untuk membawakan tarian budaya Malaka yaitu tarian Bidu untuk memeriahkan acara Festival Budaya tersebut. Tarian Bidu 7 Bidadari yang dibawakan oleh 9 anggota IKAMAYO terdiri dari tujuh wanita (Bidadari) dan dua orang pria (pangeran), demikian disampaikan Ketua Ikatan Keluarga Malaka (IKAMAYO) Yogyakarta, Felisberto F.D.Nasimento. Lebih lanjut Nasimento menjelaskan, "bahwasannya IKAMAYO merupakan organisasi berbasis kedaerahan dengan tujuan mengayomi, menjadi wadah bagi masyarakat Malaka yang berada di Yogyakarta.
Lanjut Nasimento, "Tarian Bidu merupakan identitas masyarakat Malaka yang diwariskan oleh nenek moyang kepada anak cucu. Tarian bidu pada dasarnya ditampilkan dalam acara-acara resmi dan juga non resmi yang dibawakan oleh beberapa wanita dan pria dengan lambat dan gerakan tangan yang elok diiringi musik elele yang menyentuh hati".
Tarian Bidu Tujuh Bidadari dari Malaka saat tampil pada Festival Budaya di Yogyakarta
Sementara Paskalis Laak salah satu sesepuh IKAMAYO menjelaskan, "Secara filosiofis, tarian yang dibawakan oleh IKAMAYO tujuh bidadari menceritakan tentang ketujuh puteri raja dari khayangan yang turun ke bumi untuk bersenang-senang di bawah air terjun, saat hari mulai gelap ketujuh puteri tersebut bersiap-siap untuk kembali ke khayangan. Namun puteri bungsu telah kehilangan selendangnya sehingga ia tak bisa kembali ke khayangan bersama keenam saudaranya itu. Puteri bungsu kemudian diselamatkan oleh seorang pangeran dan pengawalnya kemudian membawa puteri bungsu ke kediaman sang pangeran. Pada akhirnya pangeran menikahi puteri bungsu dan hidup bahagia, tandas alumni Sekolah Tinggi Filsafat Ledalero Flores NTT. Tepuk tangan dan sorakan mengiringi alunan musik elele saat ketujuh puteri mulai memasuki panggung. Semua mata tertuju pada keindahan kain adat Malaka (Tais Marobo) dan kecantikan ketujuh puteri tersebut," jelas mantan Frater TOP Seminari Lalian itu.
Paskalis Laak, yang terlahir sebagai masyarakat Malaka mengatakan, "IKAMAYO memiliki tanggung jawab penuh untuk memperkenalkan budaya Malaka khususnya dan NTT pada umumnya di Yogyakarta bahkan Dunia. Mantan dosen Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan ini berharap Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur turut memberikan bantuan sarana seni budaya untuk mempromosikan NTT di Yogyakarta," pinta alumni Seminari Lalian Atambua NTT.
Adapun Badan Pengurus Ikatan Keluarga Malaka Yogyakarta terdiri dari Ketua, Felisberto F.D Nasimento; Wakil, Fatima Indriyati Nahak; Sekretaris, Agnes Selfiana Irma; Bendahara, Maria Juliani Walanda Manek. Divisi Akademik, Ongki Alexander A. Mali; Divisi Kebudayaan, Fira Prisqilla Nahak, Divisi Media dan komunikasi, Maria Febiola Krisanti Fouk; Divisi Kewirausahaan, Gresenfri Theresia Seran; Divisi Minat Bakat, Alya Maria Prisilia Seran. (Sintu Lopes).